Rabu 01 Jul 2020 09:11 WIB

Harga Minyak Turun Saat Kasus Covid-19 Meningkat

Peningkatan kasus Covid-19 dikhawariakan mengganggu permintaan minyak.

Harga minyak turun tipis pada akhir perdagangan Selasa (30/6) karena investor khawatir bahwa peningkatan kasus Covid-19 akan mengganggu permintaan.
Foto: Reuters/Shamil Zhumatov
Harga minyak turun tipis pada akhir perdagangan Selasa (30/6) karena investor khawatir bahwa peningkatan kasus Covid-19 akan mengganggu permintaan.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak turun tipis pada akhir perdagangan Selasa (30/6) karena investor khawatir bahwa peningkatan kasus Covid-19 akan mengganggu permintaan. Sementara itu, pasokan dapat naik dipicu potensi kebangkitan produksi minyak Libya, yang telah merosot sejak awal tahun.

Kontrak September yang lebih aktif untuk minyak jenis Brent ditutup turun 58 sen menjadi 41,27 dolar AS per barel. Sementara kontrak Agustus yang berakhir pada Selasa, turun 56 sen atau 1,2, menjadi 41,15 dolar AS per barel. Kontrak telah naik 16,5 persen selama Juni dan 81 persen pada kuartal tersebut.

Baca Juga

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus turun 43 sen atau 1,0 persen, menjadi menetap di 39,27 dolar AS per barel. Minyak mentah WTI telah meningkat 12,4 persen pada Juni, naik sekitar 95 persen pada kuartal tersebut, mencerminkan pemulihannya dari akhir Maret.

Kontrak memangkas kerugian dalam perdagangan pasca-penyelesaian setelah data dari kelompok perdagangan API menunjukkan penarikan atau pengambilan minyak yang lebih besar dari yang diperkirakan dalam stok minyak mentah AS.

Permintaan bahan bakar telah pulih dari minggu terburuk wabah, tetapi kasus telah meningkat di negara bagian selatan dan barat daya AS. Negara-negara bagian timur laut seperti New York dan New Jersey menggandakan jumlah negara bagian di mana wisatawan harus menghadapi pembatasan karantina.

Para ahli memperingatkan "keseimbangan rapuh" di pasar minyak, dengan "faktor-faktor positif dan negatif muncul untuk membatalkan satu sama lain."

"Data ekonomi AS untuk Mei secara umum ternyata lebih baik dari yang diharapkan, namun kekhawatiran tentang gelombang kedua infeksi virus corona dan kemungkinan penguncian baru membebani sentimen," kata Eugen Weinberg, analis energi di Commerzbank Research, dalam sebuah catatan pada Selasa.

Investor akan mencari tanda-tanda pemulihan permintaan dalam data persediaan mingguan yang dirilis Selasa dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) dan dari Pemerintah AS pada Rabu waktu setempat.

Libya sedang mencoba untuk melanjutkan ekspor, yang hampir seluruhnya diblokir sejak Januari karena perang saudara. Perusahaan minyak negara berharap pembicaraan akan mengakhiri blokade oleh pasukan berbasis timur.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement