Selasa 30 Jun 2020 23:16 WIB

Dalam Kurun 100 Hari, Positif Covid-19 di Sumsel 2.049 Kasus

Masih terdapat 11 kabupaten/kota di Sumsel yang menangani kasus Covid-19.

Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sumsel, Yusri.
Foto: Antara
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sumsel, Yusri.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Warga Sumatera Selatan (Sumsel) terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 2.049 orang dalam kurun 100 hari sejak kasus pertama pada 24 Maret. Masih terdapat 11 kabupaten/kota yang menangani kasus Covid-19.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumsel, Yusri, mengatakan terdapat 26 tambahan kasus baru pada Selasa (30/6), yakni berasal dari Palembang (12 kasus), Banyuasin (enam), Musi Banyuasin (empat), Lubuklinggau (dua), serta Muara Enim dan PALI masing-masing satu kasus.

Baca Juga

"Untuk kasus sembuh juga bertambah tujuh orang, dari Palembang (empat), Banyuasin (dua) dan Ogan Ilir (satu)," ujarnya.

Menurut dia, total kasus sembuh telah mencapai 1.032 orang atau 50,3 persen dari total kasus, kasus sembuh terbanyak berasal Kota Palembang dengan 573 orang. Namun, Kota Palembang juga menyumbangkan kasus meninggal paling banyak, yakni 62 dari 90 total kasus meninggal di Sumsel dengan empat di antaranya baru terlaporkan pada hari ini.

Kasus meninggal di Sumsel itu terakumulasi sebanyak 4,4 persen, terpantau terus naik sejak 23 Juni yang hanya 4 persen. Sementara dari 2.049 kasus positif hingga saat ini, 1.122 kasus atau 54,8 persen telah dinyatakan selesai, sehingga tersisa 927 kasus aktif di 11 dari 17 kabupaten/kota.

Ke-912 kasus itu mendapat penanganan di Kota Palembang (726 kasus), disusul Kabupaten Banyuasin (70 kasus), OKI (42 kasus), Muara Enim (34 kasus), Lubuklinggau (10 kasus), Kabupaten PALI (16 kasus), Musi Banyuasin (delapan kasus), Ogan Ilir (lima kasus), OKU Timur (lima kasus), serta Prabumulih dan Empat Lawang masing-masing satu kasus, khusus luar wilayah terdapat tiga kasus.

Gugus tugas kembali mengingatkan pentingnya menjalankan protokol kesehatan, masyarakat harus saling mengingatkan karena saat ini penerapan protokol cenderung mulai diabaikan.

"Aktivitas dilonggarkan agar ekonomi tetap berjalan dan tumbuh, tetapi saat ini prakteknya harus dibarengi dengan protokol kesehatan, jika tidak maka krisis pandemi di Sumsel sulit diselesaikan," kata Yusri menjelaskan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement