Selasa 30 Jun 2020 13:50 WIB

Meniru Diet Sehat Rasulullah

Rasulullah selalu memperhatikan tiga siklus tubuh dalam memproses makanan.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Ani Nursalikah
Meniru Diet Sehat Rasulullah. Makanan organik (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Meniru Diet Sehat Rasulullah. Makanan organik (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pakar PB Wanita Al Irsyad, Sofiah Balfas, menjelaskan self-healing yang diartikan sebagai upaya yang dilakukan diri sendiri untuk menyembuhkan dirinya. Berdasarkan penelitian yang dilansir di Psychology Today, setiap orang mampu menyembuhkan diri sendiri sekitar 18 hingga 75 persen.

Self-healing yang diyakini Sofiah bukan hanya berasas pada penemuan medis, melainkan juga petunjuk dalam Alquran dan tuntunan yang diberikan Rasulullah SAW. "Saya percaya Allah sudah menitiskan kita petunjuk melalui Alquran, di mana ada arah-arahnya secara detail melalui sabda dan gaya hidup Rasulullah," ujar Sofiah saat mengisi kajian virtual PB Wanita Al Irsyad, Selasa (30/6).

Baca Juga

Rasulullah, menurut Sofia, adalah panutan terbaik, yang seluruh gaya hidupnya patut untuk dicontoh. Sofia mengakui, makin banyak buku mengenai pola hidup Rasulullah yang dia baca, makin takjublah dia pada gaya hidup Rasulullah yang sangat sehat.

"Saya semakin membaca gaya hidup Rasulullah, khususnya pola makan beliau, semakin saya takjub, karena Rasulullah ternyata sudah menerapkan diet-diet sehat yang tren saat ini sejak berabad-abad lalu," kata dia.

Rasulullah memiliki pola makan yang patut diikuti. Pasalnya, Rasulullah tidak pernah terbiasa mengonsumsi makanan atau minuman secara berlebihan. Sofiah mengatakan, berdasarkan buku dan hadits yang dibacanya, Rasulullah ternyata selalu memperhatikan tiga siklus tubuh dalam memproses makanan.  

"Pada pagi hari, biasanya Rasulullah hanya minum segelas campuran air dan madu dan pada waktu dhuha Rasulullah hanya makan kurma ajwa," ujar Sofiah.

Rasulullah punya kebiasaan tidur setelah isya. Selain itu, biasanya empat jam sebelumnya beliau tidak mengonsumsi apa pun. Hal ini sejalan dengan siklus tubuh yang mungkin belum banyak diketahui.

Dia menjelaskan, tubuh memiliki tiga siklus saat mengolah makanan. Pertama adalah proses penyerapan makanan yang berlangsung sejak pukul 20.00 hingga 04.00. Pada jam-jam tersebut, disarankan tidak memakan makanan berat agar makanan dapat terserap maksimal dan tubuh tidak terbebani dengan makanan baru.

"Kedua, pukul 04.00 hingga 12.00 adalah proses pembuangan makanan maka jangan mengonsumsi makanan yang memberatkan proses pembuangan. Lalu, apa yang sebaiknya dikonsumsi? Makanlah kurma atau buah," kata Sofia.

Ketiga, pukul 12.00-20.00, silakan makan berat, tetapi tetap secukupnya. Setelah pukul 20.00, sebaiknya setop mengonsumsi apa pun kecuali air putih.

Adapun alasan masih banyaknya penyakit yang menyarang dalam tubuh, menurut Sofia, karena sulitnya umat Muslim mengikuti petunjuk yang sejatinya sudah tertera jelas melalui Alquran dan sunnah. Kegagalan yang sering terjadi dalam proses self-healing melalui puasa, menurut Sofia, diakibatkan oleh dua hal.

Pertama, kurangnya keikhlasan saat berpuasa. Seperti yang diterangkan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya suatu amal yang jika dikerjakan dengan ikhlas, tetapi tidak benar maka amal tersebut tidak diterima. Dan jika suatu amal jika dikerjakan dengan cara yang benar, tetapi tidak disertai niat yang ikhlas maka amal tersebut tidak diterima."

"Lalu, kenapa kita belum bisa merasakan manfaat walaupun telah berpuasa? Kuncinya adalah ikhlas dulu. Jika puasa kita tidak dilakukan secara ikhlas maka tidak akan terjadi detoksifikasi dan puasa kita tidak akan diterima. Makanya coba kita introspeksi diri niat kita berpuasa," ujar Sofiah.

Bagaimana cara kita tahu puasa kita ikhlas atau belum? Caranya dengan melihat saat kita berbuka. "Jika waktu berbuka digunakan sebagai waktu balas dendam dengan memakan banyak sekali makanan sekaligus maka tidak ada keikhlasan dalam puasa kita," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement