Selasa 30 Jun 2020 03:47 WIB

Tips Memulai Bisnis Makanan di Saat Pandemi

Selain produk yang menarik, pelaku bisnis harus memanfaatkan internet.

Chef Arnold Poernomo
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Chef Arnold Poernomo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memulai bisnis makanan (food and beverage/F&B) di tengah pandemi memang menantang. Namun, namun memulai bisnis masih sangat mungkin dilakukan dengan memperhatikan sejumlah hal.

Chef Arnold Poernomo memberikan tips untuk memulai bisnis makanan di tengah pandemi. "Sekarang memang sulit, tapi untuk memulai bisnis F&B sangat banyak caranya. Bisa dimulai dari buat PO (preorder) dari rumah, sampai mengikuti pembinaan agar bisa jalani bisnis lebih baik," kata Chef Arnold, Senin (29/6).

Baca Juga

Selain membuat produk yang bagus dan menarik konsumen, pelaku bisnis makanan juga harus peka dan beradaptasi dengan penggunaan teknologi dan internet. Hal ini berguna memasarkan produknya lebih luas lagi.

Pelaku usaha dapat memanfaatkan platform-platform digital yang ada. Misalnya mendaftarkan toko ke layanan delivery makanan, marketplace, hingga media sosial seperti Instagram bisa menjadi opsi yang mudah, murah, namun juga efektif.

"Fitur-fitur yang ada di media sosial seperti stiker 'pesanan makanan' di Instagram, dan lainnya, bisa dimanfaatkan. Selain itu, memasarkan ke teman-teman dan keluarga terdekat juga bisa jadi permulaan," kata CEO Digitarasa itu.

Adapun peluang lain yang bisa dimanfaatkan di berbagai layanan digital, salah satunya adalah melihat promosi yang ditawarkan di marketplace maupun layanan delivery.

"Ada promo-promo, kita bisa manfaatkan. Posisikan bisnis kita di marketplace itu. Misalnya, di GoFood ada opsi ready to cook, itu bisa jadi platform untuk berikan pilihan baru bagi customer," kata salah satu juri MasterChef Indonesia itu.

Arnold juga mengatakan bahwa pelaku bisnis makanan tak perlu khawatir dengan perubahan tren yang terjadi. Menurut dia, saat ini digitalisasi merupakan salah satu solusi dan keharusan yang harus diadaptasi bagi pebisnis agar mampu mempertahankan usahanya di tengah pandemi.

"Sebelum ada COVID pun, kita sudah beralih ke digital, karena arahnya sudah seperti itu sejak ada internet, network semakin dekat, lalu reach out ke bigger audience. Pas ada COVID, kalau mau survive, kita harus serve customer di rumah dengan memanfaatkan itu," kata dia.

"Jangan panik sebagai pemilik bisnis, karena solusinya ada di depan mata. Dulu, mungkin digitalisasi adalah optional, tapi sekarang menjadi keharusan," ujarnya melanjutkan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement