Senin 29 Jun 2020 21:32 WIB

UMM Bahas Penguatan Diplomasi Bahasa dan Kebudayaan

Perlu strategi jitu untuk mencitrakan ekostisme dan keindahan Indonesia di mata dunia

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
LEMBAGA Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan seminar daring bertajuk
LEMBAGA Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan seminar daring bertajuk "Penguatan Diplomasi Bahasa dan Kebudayaan melalui Pemberdayaan Pengelolaan Kelembagan BIPA”.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- LEMBAGA Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan seminar daring bertajuk "Penguatan Diplomasi Bahasa dan Kebudayaan melalui Pemberdayaan Pengelolaan Kelembagan BIPA”. Salah satu yang diulas terkait manajeman kelembagaan dan geodiplomasi dalam perwujudan internasionalisasi bahasa.

Atase Kerja sama Linguistik Institut Francais Indonesia, Philippe Grange, dalam seminar daring menyatakan, citra Indonesia di Prancis tidak semua bagus. Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai kesaksian orang Prancis yang masih beranggapan Indonesia itu mencekam dan masih tertinggal.

Baca Juga

Citra tertinggal pada Indonesia hadir melalui beberapa karya yang ditulis dan beredar di Eropa Barat. Salah satunya tentang cerita perjalanan yang ditulis dalam buku Autour Du Monde. Buku tersebut menceritakan buaya di Jawa dapat memakan perahu serta negara yang banyak memiliki binatang buas.

"Oleh sebab itu, saya mengajak masyarakat Indonesia untuk memikirkan strategi jitu untuk mencitrakan ekostisme dan keindahan Indonesia di mata dunia," kata Philippe.

Sampai saat ini tidak banyak warga negara Prancis yang mengenal Indonesia. Bahkan, mereka lebih mengenal Bali dibandingkan Indonesia. Hal itu menjadi bukti nyata bahwa pemerintah Indonesia melalui berbagai kementerian dan lembaga BIPA perlu mengupayakan strategi jitu untuk dapat meningkatkan citra Indonesia di mata dunia.

Seminar daring juga membahas cara diplomasi yang efektif untuk meningkatkan minat pemelajar asing untuk belajar bahasa Indonesia. Dalam hal ini, Kasubid Ekonomi Internasional, Kementerian Luar Negeri, Nurul Sofia membeberkan bebarapa langkah diplomasi budaya. Cara-cara tersebut pernah dilakukannya ketika menjadi Pensosbud di KBRI Sofia Bulgaria.

Kegiatan diplomasi budaya dapat dijadikan langkah produktif dalam diplomasi. Hal ini karena lebih cair serta memiliki peluang untuk membuka kerja sama di bidang lainnya. Mengadakan kegiatan seperti pameran busana, pertunjukan budaya serta pemberian beasiswa memiliki dampak yang luar biasa terhadap citra Indonesia di mata dunia.

Mengakomodir hal tersebut, Kepala Divisi Internasionalisasi Program, Faizin menilai sudah selayaknya lembaga BIPA memiliki manajemen. Manajemen ini bertujuan mengukur serta mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilakukan. Sebab, selama ini cenderung membahas spesifikasi terhadap proses pembelajaran.

"Sedangkan dalam pelaksanaan proses tersebut sangat dibutuhkan manajemen sebagai alokasi ukuran keberhasilan serta mengembangkan BIPA itu sendiri," kata Faizin dalam keterangan pers yang diterima Republika, Senin (29/6).

Faizin menawarkan lima hal yang harus dilakukan dalam pelaksanaan proses ke-BIPA-an. Aspek-aspek tersebut meliputi perancangan, struktur serta pembagian tugas, komunikasi, pengawasan, dan pemecahan masalah.

Faizin juga mengungkapkan perlunya penentuan strategi dalam sarana komunikasi atau promosi terhadap pihak luar. "Apakah kita akan menggunakan geodiplomasi atau geostrategi dalam rangka mencapai citra positif Indonesia," jelasnya.

Geo berarti wujud takaran bahwa ada sesuatu yang dilihat. Dalam hal ini dari aspek geografi untuk mengukur serta melihat iklim sosial negara tersebut. Dengan demikian, diplomasi yang dilakukan memiliki ukuran serta kejelasan capaian yang valid karena direkayasa dengan strategi yang baik pula.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement