Senin 29 Jun 2020 15:11 WIB

Sampah di Cliwung akan Diolah Menjadi Listrik

Dengan tahapan biodrying sampah akan diolah menjadi briket untuk listrik.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI dengan mengunakan alat berat mengeruk endapan sampah bercampur lumpur di Aliran Sungai Ciliwung kawasan Kwitang , Jakarta, Selasa (24/3). Pengerukan tersebut untuk menormalkan kedalaman sungai sehingga aliran air semakin lancar.
Foto: Prayogi/Republika
Petugas Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI dengan mengunakan alat berat mengeruk endapan sampah bercampur lumpur di Aliran Sungai Ciliwung kawasan Kwitang , Jakarta, Selasa (24/3). Pengerukan tersebut untuk menormalkan kedalaman sungai sehingga aliran air semakin lancar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PAM Jaya berkolaborasi pengolahan sampah dari Kali Ciliwung dengan Gerakan Ciliwung Bersih (GCB). Hal itu ditujukan dengan kerjasama PAM Jaya dan GCB dalam meresmikan Tempat Olahan Sampah Sementara (TOSS GCB). Nantinya, kerja sama ini akan mengolah sampah menjadi listrik.

Direktur Utama PAM Jaya, Priyatno Bambang Hernowo menjelaskan, pihaknya berkomitmen untuk mendukung program peduli lingkungan yang digagas oleh para pecinta lingkungan seperti Gerakan Ciliwung Bersih.

Baca Juga

"Harapannya melalui TOSS GCB, masyarakat bisa memiliki alternatif pengolahan sampah yang mudah, praktis dan memiliki nilai manfaat lebih sehingga pada akhirnya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak langsung membuang sampah ke sungai," ujarnya, Senin (29/6).

TOSS GCB merupakan hasil karya inovasi Sonny Djatnika Sundadjaja yang dibuat berdasarkan konsep pengolahan sampah (rumah tangga dan biomassa) berbasis komunitas atau masyarakat dengan menggunakan teknologi peuyeumisasi (biodrying). Konsep tersebut digagas oleh Supriadi Legino.

"Proses atau cara kerja TOSS GCB dimulai dengan memasukkan sampah kedalam box bambu berukuran 2x1,25 x1,25 m3 (setara dengan 1 ton sampah) tanpa perlu  yang merepotkan," tuturnya

Penggagas konsep TOSS GCB, Supriadi Legino menambahkan, sampah dalam bambu tersebut kemudian disiram dengan biokativator yang akan membuat sampah menyusut hingga 50 persen dan mengering dengan tingkat moisture di bawah 20 persen dalam waktu tujuh hari.

"Selanjutnya sampah yang telah melalui proses peuyeumisasi tersebut siap untuk  dijadikan bahan baku energi berupa briket atau pelet dengan nilai kalori setara dengan batu bara," kata Supriadi.

Ditambahkan dia, briket atau pelet batu bara nabati tersebut bisa digunakan sebagai substitusi batu bara yang dikonsumsi industri dan pembangkit listrik.

"Selanjutnya sangat diperlukan dukungan pemerintah berupa kemudahan agar briket atau pelet TOSS produk masyarakat ini dapat diperjualbelikan untuk dimanfaatkan dalam kebutuhan sehari-hari," katanya.

Ketua Gerakan Ciliwung Bersih (GCB), Peni Susanti menambahkan, secara khusus program ini dirancang untuk mengolah sampah sungai menjadi listrik dan diperuntukkan bagi masyarakat di sepanjang aliran Sungai Ciliwung dengan produk akhirnya adalah syntetic gas yang mampu menjadi substitusi bahan bakar untuk genset atau diesel.

Melalui adanya TOSS GCB, lanjut Peni, masyarakat setidaknya memperoleh tiga manfaat. Pertama, adalah MCK (mandi, cuci, kakus) sehingga mampu meminimalisir pendangkalan sumur akibat eksplorasi air tanah yang sangat besar. Kedua, memanfaatkannya untuk mencuci mesin, perkakas, dan kendaraan. Ketiga, menyiram tanaman dan mampu menjadi sumber air untuk pertanian sayur mayur ramah lingkungan pada instalasi vertikultur.

Ditambahkan Peni, tujuan dari pembuatan TOSS GCB adalah membersihkan sampah dan kembali pada visi GCB untuk menjadikan Sungai Ciliwung sebagai sumber air bersih.

"Listrik sebagai produk TOSS GCB merupakan  bonus atas upaya seluruh stakeholders dalam memberikan solusi permasalahan sungai khususnya di Ciliwung," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement