Senin 29 Jun 2020 09:57 WIB

Perpustakaan UMS Jalani Akreditasi secara Daring

Perpustakaan UMS menjadi yang pertama menjalani akreditasi secara daring

Rep: Binti Sholikah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, menjalani akreditasi secara daring pada Sabtu (27/6). Perpustakaan UMS menjadi perpustakaan kampus pertama yang menjalani akreditasi secara daring.
Foto: Humas UMS
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, menjalani akreditasi secara daring pada Sabtu (27/6). Perpustakaan UMS menjadi perpustakaan kampus pertama yang menjalani akreditasi secara daring.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, menjalani akreditasi secara daring pada Sabtu (27/6). Perpustakaan UMS menjadi perpustakaan kampus pertama yang menjalani akreditasi secara daring.

Para asesor mengikuti seremoni serta mendengarkan paparan dan penjelasan dari Kepala Perpustakaan UMS dan Tim melalui jaringan virtual. Visitasi ke sejumlah titik yang diperlukan, juga dilakukan secara daring.

"Biasanya, untuk akreditasi dilakukan secara tatap muka. Kunjungan atau visitasi ke titik-titik lokasi yang perlu diperiksa dilakukan secara langsung. Tetapi dengan adanya wabah Covid-19 dan saat ini masih tahap new normal maka visitasi ke perpustakaan UMS harus dilakukan secara online," papar Kepala Perpustakaan UMS, Mustofa, seperti tertulis dalam siaran pers, Senin (29/6).

Mustofa menjelaskan, seharusnya akreditasi dilakukan pada awal tahun. Namun harus tertunda karena adanya pandemi Covid-19 yang menyerang Indonesia dan di dunia. "Walau saat ini sudah New Normal tapi kami tetap memberlakukan protokol kesehatan yang akhirnya para asesor memutuskan untuk akreditasi tersebut dilakukan secara online via Zoom," ungkapnya.

Menurut Mustofa, akreditasi daring untuk perpustakaan kampus UMS tersebut menjadi yang pertama bagi perguruan tinggi di Indonesia. Meski akreditasi dilakukan secara daring, lanjutnya, bukan berarti lebih mudah. Sebab, belum ada model akreditasi daring untuk perpustakaan.

"Malah kami sedikit repot karena harus bisa menunjukkan bukti-bukti fisik dari enam komponen yang ada di borang sesuai dengan permintaan asesor secara online. Visitasi online ini perlu merancang cara khusus agar lancar dan bisa dipahami oleh asesor," ujar Mustofa.

Dalam mempersiapkan visitasi online Tim Perpustakaan UMS yang dibantu Tim PH Humas UMS berupaya agar asesor bisa melihat bukti fisik yang ada di Perpustakaan UMS dengan jelas seolah-olah mereka melihat secara langsung ke lokasi. Sehingga tim memutuskan menggunakan tiga kamera video sekaligus. Satu kamera untuk shooting meeting room dan dua kamera untuk keliling area perpustakaan dengan dipandu oleh masing-masing host.

"Para host tersebut memandu tim Asesor melalui vlog untuk mengunjungi enam komponen utama untuk penilaian. Yang mencakup, Koleksi, Sarana dan Prasarana, Pelayanan Perpustakaan, Tenaga Perpustakaan, Penyelenggaraan dan Pengelolaan, dan Komponen Penguat," ungkap Mustofa.

Salah satu asesor, Sri Sularsih, menyatakan, konsep vlog yang didesain oleh tim teknis UMS tersebut memudahkan asesor. Bahkan dia mengaku puas dan memberikan apresiasi secara khusus. "Wah luar biasa, kita baru saja diajak keliling Perpustakaan UMS via online seperti layaknya kita berada di lokasi secara langsung," ujar Sri Sularsih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement