Ahad 28 Jun 2020 22:14 WIB

Pemilu Kota di Prancis Digelar di Tengah Pandemi

Wali kota pilihan Macron diprediksi sulit memenangi pemilu

Red: Nur Aini
Prancis menggelar putaran kedua pemilihan daerah setara kota dan kabupaten yang sempat tertunda karena pandemi virus corona.
Foto: AP Photo/Bob Edme
Prancis menggelar putaran kedua pemilihan daerah setara kota dan kabupaten yang sempat tertunda karena pandemi virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Dengan mengenakan masker, masyarakat Prancis melakukan pemungutan suara di tengah situasi pandemi Covid-19 pada Ahad (28/6) untuk pemilihan umum kota putaran kedua yang digelar secara nasional, setelah sempat tertunda.

Prancis tetap melangsungkan pemilu tingkat kota putaran pertama pada pertengahan Maret lalu, kurang dari 48 jam sebelum Presiden Emmanuel Macron menetapkan aturan karantina wilayah terkait pandemi. Hal itu menyebabkan penundaan yang cukup lama untuk putaran kedua.

Baca Juga

Di tempat-tempat pemungutan suara di Ibu Kota Paris, petugas yang mengenakan masker atau pelindung wajah duduk di belakang layar kaca akrilik.

"Kali ini (pemungutan suara) diatur dengan lebih baik dibandingkan sebelumnya," kata seorang pensiunan pemilih, Jean de Nathan.

Pemilu kota tersebut menjadi tantangan sendiri bagi Macron, serta partainya, yang kemungkinan gagal memenangi kompetisi untuk wilayah Paris.

Tahun lalu, Macron berharap pemilu lokal akan membantu mendongkrak suara untuk partai berhaluan tengah-liberal La République En Marche! yang ia dirikan tahun 2016, dari kantong suara di kota-kota seluruh Prancis, menjelang pertaruhan pencalonan ulang pilpres 2022. Namun, di ibu kota sendiri yang merupakan wilayah bernilai paling besar, wali kota pejawat dari partai sosialis, Anne Hidalgo, tampaknya akan memenangi pemilu setelah ada kampanye semrawut yang dijalankan oleh pihak Macron dan partainya.

Kandidat wali kota paris pilihan Macron mengundurkan diri karena skandal video seksual, sehingga mantan menteri kesehatan dari partai Macron, Agnes Buzyn, kemudian diminta mengisi posisi itu, hanya satu bulan sebelum pemilu putaran pertama digelar.

"Buzyn diterjunkan begitu saja tanpa ia tahu apa yang ingin ia lakukan. Ia tidak mempunyai usulan yang konkret," kata Jacqueline, seorang pensiunan pemilih.

Tak hanya di Paris, kekalahan partai Macron juga tampaknya akan terjadi di sejumlah kota. Di Lyon, Marseille, dan Bordeaux, misalnya, The Greens, Partai Hijau, berhaluan tengah-kiri dan ekologis, diproyeksikan meraih kesuksesan. Kemudian di Perpignan, partai berhaluan kanan, Marine Le Pen mungkin akan pertama kalinya memenangkan kompetisi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement