Ahad 28 Jun 2020 13:26 WIB

15 Penumpang Stasiun Bogor dan Bojong Gede Reaktif

Tes masif di stasiun kereta menyaring pelaku perjalanan yang masuk Jabar.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Indira Rezkisari
Gubernur Jawa Barat sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jawa Barat Ridwan Kamil (kedua kiri) berbincang dengan Wali Kota Bogor Bima Arya (kiri) didalam gerbong KRL Commuter Line saat memantau pelaksanaan rapid test massal di Stasiun Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/6/2020). Ridwan Kamil memantau pelaksanaan rapid test di Stasiun Bogor dan Pondok Pesantren sebagai langkah antisipasi penyebaran pandemi COVID-19.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Gubernur Jawa Barat sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jawa Barat Ridwan Kamil (kedua kiri) berbincang dengan Wali Kota Bogor Bima Arya (kiri) didalam gerbong KRL Commuter Line saat memantau pelaksanaan rapid test massal di Stasiun Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/6/2020). Ridwan Kamil memantau pelaksanaan rapid test di Stasiun Bogor dan Pondok Pesantren sebagai langkah antisipasi penyebaran pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tes masif dan pengawasan ketat harus pula disertai kedisiplinan masyarakat menerapkan protokol kesehatan. Sehingga, pendeteksian dini berjalan beriringan dengan pencegahan sebaran SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat (Jabar) menggelar tes masif bagi pelaku perjalanan  di Stasiun Bogor dan Bojong Gede, Jumat (26/6). Gugus tugas provinsi menyediakan sekitar 1.000-1.500 rapid test dan swab test.

Baca Juga

Menurut Koordinator Sub Divisi Pengawasan Massa dan Penegakan Aturan Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Dedi Taufik Kurrohman, dari 857 pelaku perjalanan di Stasiun Bogor dan Bojong Gede ada 15 reaktif rapid test.

"Mereka yang reaktif langsung melaksanakan swab test. Pemeriksaan sampel ada yang dilakukan di Labkesda Jabar, ada juga yang diperiksa di mobil PCR," ujar Dedi kepada wartawan akhir pekan ini.

Dedi mengatakan, tes masif efektif menyaring pelaku perjalanan yang masuk Jabar, untuk cegah munculnya kasus impor (imported case). Namun, menumbuhkan kedisiplinan pelaku perjalanan menerapkan protokol kesehatan amat krusial dalam penanganan Covid-19 di Jabar.

"Kedisiplinan dan kewaspadaan harus tetap kami tingkatkan. Produktivitas kami tingkatkan, tetapi tingkat kewaspadaan dan kedisiplinan perlu melalui protokol kesehatan," katanya.

Hal senada dikatakan Koordinator Sub Divisi Sterilisasi Fasilitas Publik Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Hery Antasari. Menurutnya, tes masif dan operasi gabungan dapat memicu kedisiplinan masyarakat, seperti memeriksa kondisi sendiri dan mempersiapkan masker maupun hand sanitizer sebelum bepergian.

"Masyarakat yang akan melakukan perjalanan akan siap-siap dengan protokol kesehatan dan mengantisipasi agar tidak diputar balik. Mereka tidak akan nekat melakukan perjalanan dalam kondisi tidak sehat. Itu yang terpenting," kata Hery.

Sementara Ketua Divisi Pelacakan Kontak, Pengujian, dan Manajemen Laboratorium Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Siska Gerfianti menyatakan, tes masif digelar sebagai pendeteksian dini, mengingat mobilitas warga Jabar yang keluar-masuk DKI Jakarta di kedua stasiun itu tinggi.

"Kami akan mengecek selalu pintu-pintu masuk ke Jabar. Seperti pekan lalu, kami menggadakan operasi gabungan dan tes masif di kawasan puncak," kata Siska.

Menurut Siska, tes masif di pintu masuk Jabar, seperti stasiun dan terminal, akan rutin dilaksanakan. Tujuannya mendapatkan data epidemiologi secara komprehensif. Data itu bakal menjadi landasan dalam mengambil keputusan.

"Berapa kali seminggu (lakukan tes masif), dan berapa orang (yang harus tes masif), sehingga kami bisa memberikan alasan apakah protokol kesehatan sudah cukup, atau apakah moda transportasi ini cukup aman digunakan sebagai sarana orang melakukan perjalanan?" paparnya.

Salah satu penumpang KRL, Diah Astrid, mengatakan, tes masif dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Selain itu, keterlibatan banyak pihak dalam tes masif dan operasi gabungan membuat ia paham soal pentingnya jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan.

"Hasil rapid test saya nonreaktif. Tentu itu buat tenang. Tapi, kalaupun hasilnya positif, saya kan bisa langsung isolasi dan jaga orang-orang terdekat untuk tidak tertular," kata Diah.

Penumpang KRL lainnya, Endang Firmansyah, menyatakan, selain memastikan kondisi diri sendiri, tes masif dan operasi gabungan yang diadakan gugus tugas provinsi menjadi efek kejut bagi masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan di mana saja dan kapan pun.

"Saya jadi takut kalau misalnya tidak pakai masker saat pergi. Atau lupa cuci tangan, padahal wastafel portabel ada. Hal-hal seperti itu yang bisa buat kami-kami ini terus mematuhi protokol kesehatan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement