Ahad 28 Jun 2020 06:42 WIB

Sejarah Hari Ini, Seoul Jatuh ke Tangan Korut

Perang Korea telah menewaskan sekurangnya 2,5 juta jiwa.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Parade Militer Korea Utara (Korut)
Parade Militer Korea Utara (Korut)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Pada 28 Juni 1950, Pasukan Korea Utara (Korut) berhasil menduduki kota Seoul, Korea Selatan (Korsel). Peristiwa itu dikenang dengan sebutan Pertempuran Seoul Pertama.

Seperti dilansir Britannica, Perang Korea kala itu telah menelan korban jiwa sekurangnya 2,5 juta orang. PBB turut andil dan Amerika Serikat (AS) juga turut sebagai pemeran utamanya.

Pada dini hari 25 Juni, Korut mulai menyerang wilayah paralel ke-38. Serangan utama yang dilakukan oleh pasukan Korut atau Korps North Korea People Army (KPA) I dilakukan oleh 53 ribu pria yang melaju melintasi Sungai Imjin menuju Seoul.

Sementara Korps KPA II yang terdiri dari 54 ribu tentara menyerang di sepanjang dua wilayah yang terpisah secara luas. Yakni satu melalui kota Ch'unch'n dan Inje ke Hongch'n, serta yang lainnya menyusuri jalan pantai timur menuju Kangnung. 

KPA memasuki Seoul pada sore hari tanggal 28 Juni. Namun Korut tidak mencapai tujuan mereka untuk menjatuhkan cepat pemerintah presiden Korsel Syngman Rhee dan disintegrasi tentara Korsel.

Sisa-sisa pasukan Republic of Korea Army (ROKA) di daerah Seoul lantas membentuk garis pertahanan di selatan Sungai Han, dan di jalan pantai timur. Jika Korsel ingin mencegah keruntuhan, mereka membutuhkan bantuan dari angkatan bersenjata AS.

Respons awal Presiden AS kala itu Harry S Truman adalah memerintahkan Jenderal Douglas MacArthur untuk mentransfer amunisi ke ROKA dan mengevakuasi warga AS.  Di bawah bimbingan AS, PBB menyerukan agar invasi dihentikan (25 Juni).

Kemudian negara-negara anggota PBB untuk memberikan bantuan militer kepada ROKA (27 Juni). Dewan Keamanan PBB  mempertimbangkan dan meloloskan resolusi yang bisa diveto oleh anggota tetap seperti Uni Soviet. 

Setelah lebih dari satu juta korban di kedua sisi, pertempuran berakhir pada Juli 1953 dengan Korea masih dibagi menjadi dua negara yang bermusuhan. Negosiasi pada 1954 tidak menghasilkan kesepakatan dan garis depan telah diterima sejak batas de facto antara Korut dan Korsel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement