Sabtu 27 Jun 2020 12:11 WIB

Dompet Dhuafa Aceh Bantu Pengungsi Rohingya

Para pengungsi berbulan bulan terombang ambing di laut lepas dengan tujuan Australia

Dompet Dhuafa Aceh terjunkan tim kesehatan membantu para pengungsi Rohingya.
Foto: Dompet Dhuafa
Dompet Dhuafa Aceh terjunkan tim kesehatan membantu para pengungsi Rohingya.

REPUBLIKA.CO.ID, ACEH UTARA -- Sembilan puluh sembilan warga etnis Rohingya terdampar di kawasan Pantai Seunuddon, Aceh Utara. Kapal mereka ditemukan oleh nelayan dengan jarak lebih kurang empat mil dari pesisir pantai dalam kondisi rusak.

TNI AL, Polairud dan Imigrasi lalu menarik mereka ke perairan Lancok, Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara. Ternyata di dalam kapal berisi mayoritas wanita serta anak-anak, dan mereka telah berbulan-bulan terombang-ambing di laut lepas dengan tujuan negara Australia.

Baca Juga

“Menanggapi hal ini, sampai siang ini (Sabtu, 27/6) tim Dompet Dhuafa (DD) Aceh ikut membantu dengan aparat setempat, berangkat menuju ke Aceh Utara untuk melakukan tanggap darurat, serta membuka pos hangat untuk mereka. DD Aceh membawa tim medis serta tenaga kesehatan untuk ikut membantu penanganan kesehatan pengungsi Rohingya, terutama anak-anak,” ujar dr. Nuril Annissa Niswanto selaku Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Aceh, dalam siaran persnya.

Protokol kesehatan Covid-19 pun, juga akan dilakukan oleh tim medis DD Aceh. Sebab pandemi Covid-19 masih patut diwaspadai. Hingga hari ini tim DD Aceh melakukan assessment, pemberian bantuan kesehatan kepada pengungsi hingga advokasi ke pemerintah setempat maupun UNHCR.

Sebelumnya pada Jumat (26/6), para pengungsi Rohingya yang terombang-ambing di lautan sejak 22 Juni 2020 tersebut dibawa seusai Magrib dari Desa Lancok, sekitar 15 kilometer dari Kota Lhokseumawe. Mereka dibawa ke daratan oleh para nelayan setelah mendapat desakan dari para penduduk sekitar.

Tiba di darat  para pengungsi menjalani protokol kesehatan penanganan pandemi Covid-19, seluruh Pengungsi Rohingya telah menjalani Rapid Test dan hasil keseluruhannya dinyatakan non-reaktif.

Kedatangan pengungsi Rohingya bukanlah situasi yang terjadi untuk pertama kalinya, namun telah terjadi sejak pecahnya konflik di Myanmar pada tahun 2015. Konflik mengakibatkan masyarakat Rohingya terpaksa menyelamatkan diri dan meninggalkan tempat tinggal mereka.

Pada awalnya pemerintah menolak dan ingin mengembalikan mereka ke laut, namun masyarakat berinisiatif untuk membantu, karena adanya hukum adat yang berlaku terkait dengan pertolongan dan solidaritas kepada sesama manusia. Inisiatif ini bukanlah yang pertama kalinya dilakukan oleh masyarakat Aceh kepada pengungsi Rohingya.

Konflik kemanusiaan di Rohingya, membuat warganya meninggalkan negara itu, untuk mencari penghidupan yang lebih layak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement