Jumat 26 Jun 2020 18:56 WIB

Prediksi Angka Covid-19 Jatim Salip DKI yang Jadi Kenyataan

Total positif Covid-19 di Jatim 10.901 kasus dan menjadi yang tertinggi di Indonesia.

Sebuah spanduk bernada peringatan terpasang di pagar jalan di akses keluar Jembatan Suramadu, Surabaya, Jawa Timur.//ANTARA FOTO/Didik Suhartono//
Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Sebuah spanduk bernada peringatan terpasang di pagar jalan di akses keluar Jembatan Suramadu, Surabaya, Jawa Timur.//ANTARA FOTO/Didik Suhartono//

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Rr Laeny Sulistyawati, Dadang Kurnia

Provinsi Jawa Timur (Jatim) akhirnya menyalip DKI Jakarta dalam hal angka kumulatif kasus positif Covid-19. Per Jumat (26/6) ini, Jatim menyumbangkan penambahan kasus baru harian sebanyak 356 orang, sehingga jumlah keseluruhan kasus di provinsi itu sebanyak 10.901 orang.

Baca Juga

Adapun, DKI Jakarta hari ini mencatatkan penambahan kasus baru sebanyak 205 orang, sehingga angka kumulatif kasus di ibu kota sebanyak 10.796. Sejak tiga pekan terakhir, Jatim memang 'mengejar' angka kasus Covid-19 di DKI Jakarta berdasarkan catatan statistik.

Jatim memang menjadi sorotan pemerintah akhir-akhir ini dalam hal penanganan Covid-19. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan kerjanya pada Kamis (25/6) kemarin ke Surabaya untuk bertemu langsung dengan Gubernur dan jajaran Gugus Tugas Provinsi Jawa Timur. Presiden pun memberi waktu dua pekan bagi Jawa Timur untuk menekan angka penularan Covid-19.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo sebelumnya bahkan telah mewanti-wanti pemerintah daerah di Jatim soal potensi Jatim susul DKI dalam hal akumulasi kasus. Pada Rabu (24/6), Doni meminta Jatim lebih fokus membuat kajian dan memetakan seluruh permasalahan yang menjadi pemicu tingginya angka kasus Covid-19. Apalagi, angka kematian akibat Covid-19 di Jatim juga menjadi yang tertinggi di Indonesia.

"Perlu dilakukan kajian yang menjadi penyebab utamanya," ujar Doni di sela menyampaikan sambutan pada Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 dengan Forkopimda Jatim di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Rabu petang (24/6).

Secara nasional, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyatakan, penambahan kasus positif hari ini, seperti yang disampaikan Yurianto, sebanyak 1.240 orang. Dalam 24 jam terakhir, jumlah spesimen yang selesai diperiksa mencapai 22.819 spesimen.

"Dari jumlah ini didapat hasil konfirmasi positif 1.240 (penambahan per hari ini) sehingga totalnya menjadi 51.427 orang," jelas Yurianto dalam keterangan pers, Jumat (26/6).

Selain penambahan kasus positif, pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh juga mengalami kenaikan jumlah yang signifikan, yakni 884 orang dalam satu hari terakhir. Sehingga jumlah pasien sembuh mencapai 21.333 orang.

Sementara itu, tercatat ada penambahan pasien meninggal dunia dengan status positif Covid-19 sebanyak 63 orang dalam 24 jam terakhir, sehingga jumlahnya menjadi 2.683.

Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani menilai, beberapa penyebab tingginya kasus Covid-19 di Jatim. Di antaranya banyaknya spesimen yang dites hingga masyarakat yang masih abai dengan protokol kesehatan.

"Jadi pemerintah testing secara masif, kemudian melakukan tracing secara agresif untuk menemukan kasus-kasus sedang beredar di masyarakat. Memang setelah ditelusuri ternyata banyak kasus orang tanpa gejala (OTG) termasuk di Surabaya," ujarnya saat dihubungi Republika, Kamis (25/6).

Menurut Laura, tingginya kasus Covid-19 di Jatim juga lantaran masih rendahnya kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. Apalagi, dia melanjutkan, warga Jatim, khususnya Surabaya terkenal memiliki sikap 'bonek' (nekat), jadi tidak terlalu takut dengan pandemi Covid-19.

"Untuk mengubah budaya itu sangat sulit dan mungkin masyarakat kurang memiliki pemahaman pentingnya protokol kesehatan pada masa pandemi ini. Padahal satu-satunya jalan yang bisa dilakukan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19" ujar Laura.

Karena itu, ia meminta harus ada langkah penanganan yang lebih tepat termasuk sosialisasi. Ia meminta pemerintah daerah tidak kendor dan terus melakukan edukasi kepada masyarakat.

Laura menyebutkan, penyuluhan juga dilakukan dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat di level bawah bahkan hingga tingkat RT/RW.  Sosialisasi juga bisa dilaksanakan dengan bahasa daerah atau sesuai budaya masyarakat Jatim, misalnya lewat kesenian ludruk.

"Karena mungkin mereka (aparat RT/RW) lebih didengar daripada tokoh di pemerintahan pusat atau daerah," ujarnya.

photo
Laporan harian Covid-19 26 Juni 2020 - (Republika.co.id)

Di hadapan Jokowi, kemarin, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkap rendahnya kesadaran masyarakat Surabaya Raya dalam menerapkan protokol kesehatan. Kepada Jokowi, Khofifah memaparkan hasil survei Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair).

Hasil survei menunjukkan, tingkat kepatuhan masyarakat Surabaya Raya di tempat ibadah masih rendah. Di mana, 70 persen di antaranya masih enggan mengenakan masker, dan tidak menjaga jarak sebesar 84 persen.

"Kemudian di pasar tradisional, masyarakat yang tidak menggunakan masker 84 persen. Tidak physical distancing 89 persen. Ada juga di tempat tongkrongan, 88 persen tidak bermasker, 89 persen tidak jaga jarak. Ini hasil dari IKA FKM Unair," ujar Khofifah.

Khofifah mengatakan, rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat Surabaya Raya ini membuat pihaknya kesulitan mengendalikan penyebaran Covid-19. Di mana rate of transmission (Rt) atau tingkat penularan di kawasan Surabaya Raya sempat berada di bawah angka 1, kembali naik setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berakhir.

"Kami sempat mendapatkan kebahagiaan ketika tanggal 9 Juni (satu hari setelah PSBB Surabaya Raya berakhir) sebetulnya rate of transmission di Jawa Timur sudah 0,86 persen, tapi kemudian ada kenaikan kembali pada tanggal 24 kemarin menjadi 1,08 persen," ujar Khofifah.

photo
10 besar daerah dengan rasio kasus Covid-19 tertinggi. - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement