Jumat 26 Jun 2020 08:09 WIB

Siswa Berkebutuhan Khusus Rentan Alami Degradasi Pendidikan

Siswa berkebutuhan khusus rentan alami degradasi pendidikan saat pandemi

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Esthi Maharani
Seorang guru CPNS, Mohamat Hikmat (26) (kiri), mengajar siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (25/11/2019).
Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra
Seorang guru CPNS, Mohamat Hikmat (26) (kiri), mengajar siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (25/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang berat pada anak berkebutuhan khusus. Bukan hanya terancam Covid-19, namun mereka juga rentan mengalami degradasi pendidikan akibat tidak maksimalnya proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi.

Ketua Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia Munawir Yusuf mengatakan, pada Mei 2020, asosiasi melakukan survei nasional terhadap 142 sekolah luar biasa (SLB).  "Dari 228 guru yang disurvei sebagian besar mengalami kesulitan untuk melaksanakan pembelajaran daring atau jarak jauh bagi anak berkebutuhan khusus ada keberagaman yang luar biasa," kata Munawir dalam paparan di Komisi X DPR RI, Kamis (25/6).

Munawir menjelaskan, anak berkebutuhan khusus rentan mengalami degradasi atau penurunan dalam pendidikan karena penerapan pembelajaran jarak jauh yang berkepanjangan.  Pembelajaran yang telah dibangun bertahan-tahun di sekolah bisa hilang karena tidak terjadi kesinambungan dengan pembelajaran yang diterapkan di lingkungan rumah.

Bagi anak berkebutuhan khusus, mereka tidak hanya butuh pengetahuan, tetapi juga butuh interaksi langsung dengan orang yang dipercaya. "Butuh sentuhan, dan bimbingan yang intensif dengan guru dan pengasuh di sekolah," kata Munawir.

Terputusnya komunikasi dan interaksi langsung antara guru dengan anak berkebutuhan khusus secara berkepanjangan akan berdampak serius, misalnya anak tidak mau bersekolah lagi bahkan harus dimulai dari awal, karena anak berkebutuhan khusus memiliki karakter yang berbeda.

"Membangkitkan kembali semangat untuk bersekolah bagi anak berkebutuhan khusus bukan hal yang mudah," kata Munawir.

Di sisi lain, Munawir memaparkan, anak dengan penyandang disabilitas juga termasuk yang paling rentan terdampak Covid-19. Dengan segala keterbatasan yang dialami, mereka memiliki ketergantungan yang tinggi dengan orang lain, terutama orang tua, guru dan atau pendamping.

"Karena itu untuk semester ke depan, PJJ yang masih harus diterapkan, harus dicari solusi yang tepat dalam implementasinya bagi anak berkebutuhan khusus," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement