Kamis 25 Jun 2020 15:34 WIB

Nikmat Sholat yang Lenakan Ulama Shilah Adawi dari Singa

Ulama Shilah bin Asyam Al-Adawi khusyuk dalam sholatnya.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Ulama Shilah bin Asyam Al-Adawi khusyuk dalam sholatnya. Ilustrasi sholat.
Foto: REPUBLIKA
Ulama Shilah bin Asyam Al-Adawi khusyuk dalam sholatnya. Ilustrasi sholat.

REPUBLIKA.CO.ID, Kekhusyukan Shilah ibn Asyam Al-Adawi dalam mengerjakan ibadah (sholat) patut menjadi pemicu kita untuk mencapai sholat khusus. Kekhusuan Shilah dalam sholatnya ini mampu menurunkan rahmat Allah SWT, di mana Shilah medapat pertolongan Allah dari terkaman binatang buas.  

Allah SWT telah memberikan banyak keberkahan dalam hidupnya, salah satu di antaranya Shilah ibn Asyam al-Adawi memiliki istri ahli ibadah dan seorang putra yang pemberani. Menjadi suatu kebanggaan kala itu di kalangan umat Islam jika memiliki putra berani berperang melawan musuh Islam. 

Baca Juga

Bahkan seperti diriwayatkan dalam At-Tarikhul Kabir, pertolongan Allah SWT sangat nyata terhadap Shilah ibn Asyam al-Adawi. Dia lolos dari terkaman singa tanpa menghindar sedikitpun dari singa itu. Bahkan dia tetap khusu menjalankan sholatnya sampai selesai. Singa itu seakan tunduk melihat Shilah sholat, atas izin Allah SWT singa itu pergi menjauh dari tempat sholat Shilah.

 وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.” (QS Al-Baqarah: 45)

Kata “khasyi’in” dalam ayat ini merupakan bentuk jamak dari kata “khasyi” yang berarti orang yang merendahkan diri, menundukkan jiwa yang diperlihatkan oleh anggota badan dengan diam dan pasrah. 

Qatadah berkata : “Khusyu” didalam hati maksudnya adalah sungguh-sungguh dalam melaksanakan sholat dengan memasrahkan diri sepenuhnya.  

Karena kepasrahan dalam sholat, inilah Allah SWT menolong Shilah ibn Asyam al-Adawi dari binatang buas yang hendak menerkamnya. Senada seperti diriwayatkan Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda.  “Tujuh golongan yang mendapat naungan Allah pada suatu hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah; …(dan disebutkan di antaranya) seseorang yang berdzikir (ingat) kepada Allah dalam kesendirian (kesunyian) kemudian air matanya mengalir.” (HR: Al-Bukhari, Muslim dan lain-lainya).  

Kisah Shilah khusu dalam menjalankan sholat meski di depannya ada singa itu dikisahkan Ja’far ibn Zaid salah satu pimpinan kelompok perang. Ja’far mengisahkan seperti ditulis dalam At-Tarikhul Kabir, ketika itu dia bersama pasukan lainnya, keluar bersama salah satu dari pasukan muslimin dalam sebuah perang ke kota “Kabul“ (ibu kota Afghanistan, terletak dekat sungai Kabul) dengan harapan Allah akan memberikan kemenangan kepada kami. “Dan ada Shilah ibn Asyam berada di tengah pasukan kita,” katanya

Ketika malam telah menutupkan tirainya dan para mujadid itu berada di tengah perjalanan dan para pasukan menurunkan bekalnya untuk menyantap makanannya lalu menunaikan sholat Isya. Mereka kemudian pergi menuju kendaraannya masing-masing untuk beristirahat, dan itu juga dilakaun Shilah ibn Asyam.  

“Dia  pergi menuju ke kendaraannya sebagaimana mereka pergi. Ia lalu meletakkan pinggangnya untuk tidur sebagaimana yang mereka lakukan.” ujarnya.  

Melihat hal demikian, Ja’far lantas berkata dalam hati. Di manakah yang orang-orang riwayatkan tentang sholatnya Shilah ibn Asyam yang katanya ahli ibadahnya dan karena sholat malamnya hingga kakinya bengkak?  

Untuk itu Ja’far berjanji akan menunggunya malam ini hingga dia benar-benar melihat apa yang dikatakan kebanyak orang tentang khekhusuan sholat Shilah ibn Asyam al-Adawiah.  

Namun, tidak lama setelah para prajurit terlelap dalam tidurnya, hingga dirinya benar-benar melihatnya bangun dari tidurnya dan berjalan menjauh dari perkemahan, bersembunyi dengan gelapnya malam dan masuk ke dalam hutan yang lebat dengan pepohonannya yang tinggi dan rumput liar. Seakan-akan belum pernah dijamah sejak waktu yang lama. “Melihat itu Aku berjalan mengikutinya,” kata Ja’far.  

Sesampinya Shilah di tempat yang kosong, ia mencari arah kiblat dan menghadap kepadanya. Ia bertakbir untuk sholat dan ia tenggelam di dalamnya  

“Aku melihatnya dari kejauhan. Aku melihatnya berwajah berserah dan anggota badan serta jiwanya  tenang. Seakan-akan ia menemukan seorang teman dalam kesepian, (menemukan) kedekatan dalam jauh dan cahaya yang menerangi dalam gelap.” Kata Ja’far yang mengintip di semak-semak belukar. 

Namun, ketika Ja’far sedang memperhatikan gerak-gerik sholat al-Adawi tiba-tiba muncul di hadapan mereka seekor singa dari sebelah timur hutan. Melihat singa sedang mengendap-ngendap di hadapannya mengarah kepada al-Adawi, Ja’far kaget merasa takut kalau-kalau singa itu akan memangsa mereka berdua.  

Seketika itu Ja’far langsung terperanjat pada sebatang pohon yang tinggi untuk melindunginya dari serangan singa. Ja’far masih melihat singa tersebut terus mendekati Shilah ibn Asyam, sementara Shilah masih menimati sholatnya yang penuh kekhusuaan. 

Dia seakan tidak menghiraukan singga yang jaraknya tinggal beberapa langkah lagi. “Dan demi Allah Shilah tidak menoleh kepada singa itu. Dia tidak mempedulikan singa yang sedang ada di hadapannya,” kata Ja’far.

Ketika mata singa sudah menantap dalam-dalam Shilah ibn Asyam, Ja’far mengira ketika sujud pasti Shilah ibn Syam diterkam singa yang terlihat lapar itu.  Namun dugaan itu salah, ketika Shilah bangkit dari sujudnya dan duduk, singa itu berdiri di hadapannya seakan-akan memperhatikannya.

“Ketika ia salam dari sholatnya, dia memengang singa itu dengan tenang, dan berkata dan bibirnya  mengucapan yang tidak aku dengar. Dan tiba-tiba saja singa tersebut berpaling darinya dengan tenang, dan kembali ke tempat semula.”

Di saat fajar telah terbit, dia bangkit untuk menunaikan sholat fardhu dan kemudia dia berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar menyelamatkan aku dari neraka. Apakah seorang hamba yang berbuat salah seperti aku ini berani untuk memohon surga kepadaMu?!”

Dia terus saja mengulang-ulangnya hingga dia menangis dan membuatku ikut menangis. Kemudian dia kembali ke pasukannya tanpa ada seorang pun yang tahu. Tampak di mata orang-orang, seakan-akan ia baru bangun dari tidur di kasur. “Sedangkan aku kembali dari mengikutinya, dan aku merasa (lelah dari) begadang malam. Badan ku menjadi penat. Di tambah ketakutan terhadap singa."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement