Kamis 25 Jun 2020 09:48 WIB

Pemerintah Perlu Antisipasi Dampak Iklim pada Stok Beras

Pemerintah perlu mengantisipasi dampak perubahan iklim pada ketersediaan stok beras

Seorang pria berjalan di dekat tumpukan karung berisi beras di gudang Bulog
Foto: Kornelis Kaha/ANTARA FOTO
Seorang pria berjalan di dekat tumpukan karung berisi beras di gudang Bulog

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh Octania mengatakan pemerintah perlu mengantisipasi dampak perubahan iklim pada ketersediaan stok beras dan komoditas pangan lainnya di berbagai daerah. Galuh mengingatkan pada kemarau ekstrim tahun 2019 bahkan berdampak pada menurunnya produksi beras sebesar 7,76 persen.

"Kondisi iklim yang tak menentu harus diwaspadai karena dapat berpengaruh pada penyerapan beras pada musim panen kedua tahun 2020, yang diprediksi oleh Bulog akan berlangsung sekitar September-November nanti. Jika melihat dari harga beras melalui Pusat Informasi Harga Pangan Strategis nasional, harga beras cenderung berada di kisaran Rp 11,900 per kilogram atau stabil tinggi sejak April 2020," paparnya, Kamis (25/6).

Menurut dia, untuk menjaga kestabilan harga beras di semua wilayah di Indonesia, pendistribusian beras oleh Bulog harus dikelola dengan baik agar mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Ia berpendapat bahwa pendistribusian yang merata bertujuan untuk menghindari terjadinya ketimpangan harga antara harga beras di wilayah yang surplus produksi berasnya dan wilayah yang produksinya mengalami defisit.

"Perhitungan pun harus dilakukan secara berkala, dengan mempertimbangkan kejadian-kejadian yang tidak dapat diprediksi, jangan sampai harga beras nanti terus berada dalam level tinggi atau perlahan naik. Karena jika perhitungan menunjukkan perlunya pengadaan beras dalam jumlah yang lebih banyak, mau tidak mau perhitungan untuk impor juga harus dilakukan jauh-jauh hari untuk menghindari keterlambatan akibat proses panjang impor yang harus dilalui," jelas Galuh.

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menegaskan bahwa Indonesia tidak memerlukan opsi impor mengingat stok beras yang diperkirakan mencukupi untuk kebutuhan nasional hingga akhir Desember 2020.

Budi Waseso menyebutkan bahwa stok beras yang dikelola Bulog saat ini mencapai 1,4 juta ton. Volume tersebut dinilai masih terjaga dengan stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang harus dikelola Bulog di kisaran 1-1,5 juta ton.

"Sampai hari ini kita masih punya (stok beras) 1,4 juta ton, ini juga masih berlangsung penyerapan, jadi ini yang meyakinkan saya bahwa beras kita ini cukup untuk kegiatan sampai bulan Desember," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement