Rabu 24 Jun 2020 23:45 WIB

Umar bin Khattab Tegur Orang yang Bertawakal Enggan Kerja

Umar bin Khattab menegur orang bertawakal tetapi menolak bekerja.

Umar bin Khattab menegur orang bertawakal tetapi menolak bekerja. Ilustrasi bekerja.
Foto: Mahmud Muhyidin
Umar bin Khattab menegur orang bertawakal tetapi menolak bekerja. Ilustrasi bekerja.

REPUBLIKA.CO.ID,  Bekerja menduduki posisi penting dalam Islam. Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik materi atau nonmateri, intelektual atau fisik, dan keduniaan atau keakheratan. Dalam Alquran Allah SWT menyebut kata amal 'kerja' dan bentukannya sebanyak 602 kali. Hadits-hadits Rasulullah SAW juga banyak menyinggung tentang keutamaan kerja.

Umar bin Khattab berkata, ''Andaikan aku mati di antara kedua kakiku yang bekerja mencari anugerah Allah SWT, adalah lebih kusukai daripada aku mati atau terbunuh sebagai mujahid fi sabilillah.'' Dengan demikian seolah-olah Umar bersandar pada ungkapan Alquran tentang bekerja dan mencari rezeki di samping berjihad dan berperang di jalan Allah. U

Baca Juga

mar pun pernah menolak orang-orang yang bertawakkal tanpa mau bekerja, sampai beliau mengatakan, ''Sesungguhnya orang yang bertawakal adalah orang yang menabur benih di ladang kemudian berserah diri kepada Allah.''

Dari sini dapat ditegaskan bahwa pengertian kerja dalam pandangan Islam itu amat luas, mencakup seluruh pengerahan potensi manusia. Bukan sekaedar pengerahan potensi untuk memenuhi tuntutan hidupnya berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal, serta peningkatan taraf hidupnya sebagaimana pengertian kerja yang sering dipakai dalam dunia ketenagakerjaan saat ini. Kerja memiliki etika yang harus selalu diikutsertakan di dalamnya. 

Kerja merupakan bukti adanya iman dan parameter ketakwaan seseorang. Memisahkan antara kerja dan iman berarti mengucilkan Islam dari aspek kehidupan dan membiarkan kerja berjalan pada wilayah kemashlahatannya sendiri.

Dalam bekerja, seorang Muslim hendaknya dapat meningkatkan tujuan akhir dari pekerjaan yang dilakukannya. Hal itu dalam arti bukan sekadar mendapatkan upah dan imbalan, karena tujuan utama bekerja adalah demi memperoleh keridaan Allah SWT. Jika prinsip ini dipegang, hasil pekerjaan akan berkualitas.

Etika kerja menuntut adanya sikap baik budi, jujur, dan amanat. Dalam kerja ada kesesuaian upah dan tidak diperbolehkan menipu, merampas, mengabaikan, dan melakukan perbuatan semena-mena.

Pekerja harus memiliki komitmen serta motivasi untuk menjalankan kewajiban yang diamanatkan kepadanya. Semua itu dikembalikan kepada tujuan utama bekerja, yaitu untuk mencari rida Allah SWT. Yang termasuk etika kerja islami, yaitu bekerja sesuai dengan yang dibolehkan dan dilarang oleh Islam itu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement