Kamis 25 Jun 2020 00:48 WIB

Jembatan 'Halulu' Kontribusi Terakhir Serma Rama

Jembatan Halulu di wilayah Makisabo, Kongo, menjadi sarana pendukung masyarakat.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus Yulianto
Istri dari Serma Rama Wahyudi berada di rumah duka di Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu (24/6/2020). Serma Rama Wahyudi merupakan prajurit TNI yang gugur akibat penyerangan patroli misi perdamaian PBB di Kongo. ANTARA FOTO/Rony Muharrman/foc.
Foto: Rony Muharrman/ANTARA FOTO
Istri dari Serma Rama Wahyudi berada di rumah duka di Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu (24/6/2020). Serma Rama Wahyudi merupakan prajurit TNI yang gugur akibat penyerangan patroli misi perdamaian PBB di Kongo. ANTARA FOTO/Rony Muharrman/foc.

REPUBLIKA.CO.ID, Jembatan Halulu di wilayah Makisabo, Kongo, Afrika, akan menjadi sarana pendukung masyarakat setempat. Satuan Tugas (Satgas) Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco melakukan yang melakukan pembangunan tersebut.

Satgas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco merupakan satgas Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) dari Indonesia yang banyak memberikan kontribusi besar dalam pembangunan infrastruktur di daerah misi. Mereka telah mendapatkan apresiasi besar dari markas PBB. Salah satunya program pembangunan dan rehabilitasi jalan Kasinga-Kadidiwe, Kongo.

Seorang prajurit TNI Angkatan Darat (AD) bernama Serma Rama Wahyudi turut serta dalam proses pembangunan Jembatan Halulu. Namun, masa baktinya harus selesai lebih cepat daripada pembangunan jembatan tersebut.

Senin 22 Juni 2020, Rama melakukan tugas pengiriman ulang logistik ke Temporary Operation Base (TOB) bagi prajurit Satgas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco. Ketika perjalanan kembali ke Central Operation Base (COB), sekira pukul 17.30 waktu setempat, terjadi penghadangan ke arah konvoi kendaraan angkut personel.

photo
Satgas TNI Monusco berhasil mendamaikan dua kelompok suku yang bertikai suku Twa dan suku Bantu serta mengamankan ratusan senjata busur dan anak panah di Head Quarter Monusco wilayah Kampung Kambu, Elia, Kabeke dan Fatuma, Republik Demokratik Kongo. - (dok. Puspen TNI)

"Dengan dihujani tembakan kearah konvoi kendaraan angkut personel yang dikawal oleh dua unit kendaraan tempur APC Malawi Batalyon di wilayah Makisabo," ungkap Komandan Satgas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco, Letkol Czi M.P. Sibuea, dalam keterangannya.

Serangan mendadak tersebut diduga dilakukan oleh Allied Democratic Forces (ADF), kelompok bersenjata yang berkonflik dengan pemerintah Republik Demokratik Kongo. Usai kontak senjata, Serma Rama Wahyudi meninggal dunia akibat terkena tembakan yang menembus dada atas sebelah kiri.

"Sementara satu prajurit TNI lainnya yang terluka saat ini mendapat perawatan di Rumah Sakit Level III Goma MONUSCO," jelas Sibuea.

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas gugurnya Serma Rama Wahyudi pada Selasa (23/6). Almarhum adalah salah satu putra bangsa yang ditugaskan pada misi perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo (Monusco).

"Penghargaan setinggi-tingginya kepada (Alm) Serma Rama Wahyudi atas pengabdiannya dalam menjaga perdamaian dunia. Semoga keluarga yang ditinggalkan selalu diberikan ketabahan," ujar Menlu Retno dalam keterangan resmi Kementerian Luar Negeri RI, Rabu (24/6) pagi.

Berdasarkan laporan yang diterima dari MONUSCO, sejauh ini terdapat dua korban personel Indonesia dari pertempuran bersenjata di wilayah Kongo tersebut. Serma Rama Wahyudi dinyatakan meninggal dunia, sementara korban lainnya Prt M Syafii Makbul masih dalam perawatan intensif.

"DK PBB telah mengutuk keras serangan kepada MONUSCO dan meminta otoritas Kongo untuk melakukan investigasi dan membawa pelakunya ke meja pengadilan," ujar Menlu Retno.

Indonesia, sebagai kontributor personel misi perdamaian PBB terbesar ke-8 di dunia, senantiasa aktif menyerukan perlunya peningkatan keamanan dan keselamatan personel misi perdamaian PBB pada forum-forum PBB. MONUSCO adalah misi pemelihara perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo dan merupakan misi PBB terbesar ke-2 di dunia. Saat ini terdapat 1.047 orang personel dari Indonesia yang ditugaskan di sana.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Andika Perkasa, menunggu kronologi kejadian sebenarnya yang menyebabkan prajuritnya gugur di Republik Demokratik Kongo. Menurut dia, TNI AD hanya menyiapkan personel sedangkan untuk penugasan dilakukan oleh Mabes TNI.

"Memang prajurit-prajurit kami, yang jelas kami akan mengevaluasi dan kami ingin mendapat kronologi yang sebenarnya sehingga kita bisa evaluasi apa yang sebenarnya," ungkap Andika saat melakukan Coffee Morning di Mabes TNI AD, Jakarta Pusat, Rabu (24/6).

Menurutnya, Mabes TNI AD hanya menyiapkan personel untuk bertugas pada misi perdamaian PBB, sementara untuk penugasannya dilakukan oleh Mabes TNI AD. Karena itu, pengurusan santunan terhadap almarhum dilakukan oleh Mabes TNI. Meski begitu ia mengaku TNI AD telah berhubungan dengan keluarga almarhum untuk membantu pemberian santunan kepada mereka.

"Kami tetapi juga proaktif artinya kita sudah berhubungan dengan keluarga dengan satuannya. Kita menyiapkan semaksimal mungkin," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement