Rabu 24 Jun 2020 17:07 WIB

Curhatan Sekjen Liga Dunia Islam Soal Dihujat Bela Yahudi

Sekjen Liga Dunia Islam tetap kokoh akan menentang anti-Yahudi.

Rep: Kiki Sakinah/ Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Nashih Nashrullah
Sekjen Liga Dunia Islam Muhammad bin Abdul Karim Al Issa menegaskan  tetap kokoh akan menentang anti-Yahudi.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Sekjen Liga Dunia Islam Muhammad bin Abdul Karim Al Issa menegaskan tetap kokoh akan menentang anti-Yahudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seruan untuk menghentikan kebencian terhadap Yahudi atau disebut anti-Semit oleh Sekretaris Jenderal Liga Dunia Islam (MWL) yang juga Presiden Organisasi Cendekiawan Muslim, Mohammad bin Abdulkarim Al-Issa, mendapat tanggapan beragam. Selain sambutan baik, adapula hujatan terhadap langkah Al-Issa dalam memberikan dukungan secara moril kepada kaum Yahudi.

Al-Issa lantas menegaskan langkahnya itu sebagai bagian dari prinsip yang diajarkan dalam Islam. Dia mengatakan, menolak kebencian dan merangkul toleransi adalah kewajiban agama dan moral, serta prinsip suci dari Islam. Tanpa toleransi, kata dia, manusia akan menghadapi kesalahpahaman, ketidakharmonisan, dan perselisihan yang tak berkesudahan. 

Baca Juga

Di Liga Dunia Islam, Al-Issa mengatakan toleransi adalah suatu komitmen tanpa syarat yang mereka tawarkan.

Al-Issa mengaku prihatin karena pihaknya dicemooh mereka yang mengaku Muslim, hanya karena memberikan penghormatan terhadap para pemimpin dan penganut agama-agama lain di dunia. 

Namun, dia menegaskan tidak ada ejekan yang dapat menghalangi mereka dari kewajiban tersebut. Ketika para ekstremis menerapkan taktik kebencian dan perpecahan, MWL menurutnya akan dibimbing  cita-cita sejati Islam moderat.

"Kita harus belajar saling menerima. Kita harus menerima perbedaan kita, dan merangkul dan menekankan kesamaan kita. Kita harus berusaha untuk mengalahkan musuh kita bersama, para ekstremis dan teroris yang berusaha merusak prinsip-prinsip suci Islam tentang belas kasihan, empati dan cinta. Dan kita harus bekerja bersama untuk menyebarkan kebaikan di dunia ini," kata Al-Issa, dalam artikelnya di Arab News, dilansir Rabu (24/6).

Dia mengatakan, berpegang teguh pada nilai-nilai toleransi adalah ujian tetap bagi umat Muslim. Dia melihat pada masa lalu di mana umat Islam begitu mudah terseret gelombang politik ketika dihadapkan pada hasil yang tidak adil atau tindakan ekstremisme yang dilakukan oleh mereka yang menyimpan kebencian terhadap Islam.

Karena alasan itulah, Al-Issa memandang sebagai kewajibannya untuk mengumpulkan semua cendekiawan Muslim dunia di Makkah pada Mei 2019 lalu. 

Dalam 10 hari terakhir Ramadhan itu, lebih dari 1200 mufti dan cendekiawan, serta 4.500 pemikir Islam, dari 139 negara berkumpul di Makkah. Mereka mengeluarkan dokumen paling penting bagi para cendekiawan dan pemikir dalam sejarah Islam modern.  

Konferensi internasional itu menghasilkan apa yang disebut dengan Piagam Makkah. Al-Issa mengatakan, Piagam Makkah menerjemahkan nilai-nilai ke dalam aturan yang jelas untuk dunia Muslim, sembari menyampaikan pesan yang tulus kepada non-Muslim. 

Untuk memberi manfaat bagi semua orang, piagam ini dapat diakses oleh semua orang secara daring, dalam beberapa bahasa.

Karena itulah, orang-orang termasuk dari penganut agama yang berbeda, politisi dan pemikir yang tidak menganut agama tertentu telah memberi apresiasi kepada MWL karena menerbitkan dokumen semacam itu. 

Pasalnya, dokumen itu adalah bukti sifat Islam yang sejati, yang didukung oleh para mufti, cendekiawan, dan pemikir di dunia Muslim.

Menurut Al-Issa, piagam tersebut berbicara tentang toleransi bagi semua orang, dan penerimaan akan keberagaman yang merupakan kehendak ilahi. Dalam hal ini, MWL telah secara agresif menjangkau semua agama dengan pesan toleransi dan pemahaman. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement