Selasa 23 Jun 2020 21:23 WIB

Lockdown Ajarkan Manusia Berbagi Ruang dengan Satwa Liar

Satwa liar tampak berkeliaran di jalanan ketika manusia menjalani lockdown.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Sejumlah kambing melewati jalanan yang sepi di Llandudno, Wales Utara, Selasa (31/3). Gerombolan kambing terlihat melewati jalan-jalan yang sepi dari kota pinggir laut selama masa lockdown karena virus Corona
Foto: Pete Byrne/PA via AP
Sejumlah kambing melewati jalanan yang sepi di Llandudno, Wales Utara, Selasa (31/3). Gerombolan kambing terlihat melewati jalan-jalan yang sepi dari kota pinggir laut selama masa lockdown karena virus Corona

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aturan pembatasan yang ditetapkan di banyak negara dunia seperti lockdown selama pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) terjadi mengungkapkan bagaimana dampak interaksi antara manusia dan satwa liar. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Nature  Ecology & Evolution pada Senin (22/6), sekelompok ilmuwan menjelaskan hal ini.

Kelompok peneliti internasional mengatakan bahwa hasil studi mengarah pada inovasi baru, yang memungkinkan orang-orang menjaga Bumi dengan merawatnya lebih baik dan berbagi ruang dengan satwa liar. Dilansir Fox News, media sosial telah dihiasi dengan sejumlah gambar banyaknya satwa liar di tempat tak terduga dalam beberapa bulan terakhir.

Baca Juga

Beberapa di antaranya adalah munculnya rusa di Ibu Kota London, Inggris, hingga Jepang, kambing gunung di Wales, Australia, dan babi hutan di Italia. Alam tampaknya menanggapi aturan pembatasan yang membuat banyak orang tidak bisa bergerak dengan bebas.

photo
Dua monyet (Macaca fascicularis) melintasi jalanan salah satu perumahan di Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (17/9/2019). - (Antara/Aditya Pradana Putra)

Sebagai contoh, di beberapa daerah lebih sedikit manusia yang berpotensi menempatkan spesies terancam punah, seperti badak atau raptor, dalam risiko perburuan atau penganiayaan. Dalam mengatasi tantangan bagaimana mobilitas manusia berdampak pada satwa liar, para peneliti belum lama ini membentuk konsorsium internasional yang dikenal sebagai "Inisiatif Pembalakan Bio-Covid-19."

Kelompok peneliti ini akan menyelidiki pergerakan hewan, tingkat stres, dan perilaku sebelum, selama, dan setelah aturan pembatasan Covid-19 ditetapkan. Untuk mencapainya, mereka akan menggunakan data yang dikumpulkan dengan perangkat elektronik yang terhubung dengan binatang yang dikenal sebagai bio-logger.

"Di seluruh dunia, ahli biologi lapangan telah melengkapi hewan dengan miniatur alat pelacak. Bio-logger ini memberikan informasi penting tentang pergerakan dan perilaku hewan yang sekarang dapat kita manfaatkan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang interaksi manusia-satwa liar, serta manfaat untuk semua," ujar penulis utama artikel penelitian, Christian Rutz, seorang ahli biologi di University of St Andrews, Inggris.

Tim peneliti akan mengintegrasikan hasil dari berbagai jenis hewan, termasuk ikan, burung, dan mamalia, dalam upaya membangun gambaran global tentang efek aturan pembatasan. Para ilmuwan bekerja dengan lebih dari 200 set data untuk analisis mereka.

"Kami akan dapat menyelidiki apakah pergerakan hewan di lanskap modern sebagian besar dipengaruhi oleh struktur yang dibangun atau oleh kehadiran manusia. Itu masalah besar," jelas Matthias-Claudio Loretto, anggota Marie Skłodowska-Curie di Max Planck Institute of Animal Behavior di Radolfzell, Jerman.

Ilmuwan lain yang berafiliasi dengan upaya tersebut menjelaskan harapan yang lebih besar untuk proyek tersebut. Martin Wikelski, direktur Max Planck Institute of Animal Behavior mengatakan tidak ada yang meminta agar manusia harus terus bergerak secara terbatas.

"Tidak ada yang meminta manusia untuk tetap terkunci secara permanen. Tapi kami mungkin menemukan bahwa perubahan yang relatif kecil pada gaya hidup dan jaringan transportasi kita berpotensi memberikan manfaat signifikan bagi ekosistem dan manusia," ungkap Wikelski.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement