Selasa 23 Jun 2020 17:48 WIB

Asia Diprediksi Pimpin Pemulihan Ekonomi Global

Pertumbuhan cepat China telah mengurangi pentingnya pasar AS untuk ekonomi Asia.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fuji Pratiwi
Tembok Besar Badaling di Beijing, China (ilustrasi).  Laporan baru oleh ANZ dan Eurasia Group tentang dampak krisis Covid-19 dan pemulihan di dunia G-Zero menyebut, Asia sangat mungkin memimpin pemulihan ekonomi global pasca Covid-19.
Foto: EPA-EFE/Roman Pilipey
Tembok Besar Badaling di Beijing, China (ilustrasi). Laporan baru oleh ANZ dan Eurasia Group tentang dampak krisis Covid-19 dan pemulihan di dunia G-Zero menyebut, Asia sangat mungkin memimpin pemulihan ekonomi global pasca Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan baru oleh ANZ dan Eurasia Group tentang dampak krisis Covid-19 dan pemulihan di dunia G-Zero menyebut ketahanan membuat banyak negara Asia bisa keluar dari krisis Covid-19. Karena itu, Asia sangat mungkin memimpin pemulihan ekonomi global pasca Covid-19.

Kepala Ekonom ANZ Richard Yetsenga mengatakan, ketahanan Asia terhadap pandemi telah memungkinkan banyak negara untuk keluar dari krisis dengan peran yang lebih sentral dalam ekonomi dunia.  

Baca Juga

China kemungkinan akan membantu memimpin pemulihan permintaan global, sementara negara-negara ASEAN telah melakukannya. Proses pemulihan ekononi China dan ASEAN melampaui AS yang menjadi pelanggan ekspor terbesar China pada kuartal pertama 2020.

"Kami percaya tren ini akan berlanjut, menempatkan Asia di pusat ekonomi global," kata Yetsenga dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (23/6).

Eksekutif Internasional ANZ Group, Farhan Faruqui mengatakan, pandemi telah mengubah cara masyarak hidup dan bekerja selamanya. Kekuatan-kekuatan yang membentuk dunia pasca-Covid ini tidak akan asing. Namun, kecepatan dimana kekuatan-kekuatan ini bergerak akan sangat diakselerasi.

"Digitalisasi, data, robotika, otomatisasi, dan investasi cloud akan menjadi pertimbangan yang lebih kritis untuk bisnis daripada sebelumnya. Kami juga melihat langkah besar menuju penghapusan risiko rantai pasokan," kata Faruqui.

Analis dalam laporan itu menjelaskan, ketegangan geopolitik antara AS dan China akan meningkatkan kompleksitas lingkungan bisnis di negara-negara yang berusaha menyeimbangkan hubungan dengan kedua kekuatan dunia itu. 

Kejatuhan ekonomi terkait COVID-19 telah relatif mempercepat penurunan peran AS sebagai mesin ekonomi dunia dan meningkatkan sentralitas Asia, khususnya China, menjadi siklus ekonomi global.

Efek gabungan dari perdagangan AS-China dan konflik teknologi, yang dipicu oleh penurunan global oleh Covid-19, dan pertumbuhan cepat China telah mengurangi pentingnya pasar konsumen AS untuk ekonomi Asia.

Tren ini kemungkinan akan berlanjut karena perdagangan dan rantai pasokan menjadi lebih terkonsentrasi regional. Juga karena ekonomi Asia pulih lebih cepat daripada AS.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement