Selasa 23 Jun 2020 11:02 WIB

Rahmah Binti Afrayim, Mengarungi Cobaan Bersama Nabi Ayyub

Sempat tidak sabar dengan ujian dari Allah SWT.

 Gua kesabaran Nabi Ayyub
Foto: http://www.portalsanliurfa.com
Gua kesabaran Nabi Ayyub

REPUBLIKA.CO.ID, Bahtera rumah tangga tak lepas dari cobaan kehidupan. Hanya pasangan yang setia kepada ikatan pernikahan dan berserah diri kepada Allah SWT mampu menerima kebahagiaan pernikahan dengan syukur dan menghadapi setiap cobaan dengan kesabaran.

Nabi Ayyub AS dan istrinya menjadi contoh bahwa besarnya badai dalam kehidupan tak serta merta membuat rumah tangga mereka karam. Dialah Rahmah binti Afrayim bin Yusuf bin Yaqub AS yang menemaninya menjalani beratnya kehidupan pascapernikahan.

Nabi Ayyub AS yang dulunya tampan dan kaya raya kini tak punya apa-apa. Anak, harta, dan sahabat telah tiada. Ia juga terserang penyakit yang menyebabkan tubuhnya bernanah dan menjijikkan. Tak seorang pun mau tinggal bersamanya kecuali sang istri, Rahmah.

Pada siang hari, Rahmah pergi mencarikan makanan dan minuman bagi Nabi Ayyub AS. Pada malam hari, ia berdoa, bersyukur, memuji Allah, dan memohon kepada-Nya atas ujian yang menimpa mereka. Suatu hari, ketika Rahmah sedang mengemis, datang iblis yang berubah wujud menyerupai manusia. "Mana suamimu, wahai hamba Allah?" tanya si iblis kepada Rahmah.

"Itu suamiku, yang sedang menggaruk lukanya," jawab Rahmah.

Iblis melihat Ayyub AS yang tubuhnya bernanah dan mengeluarkan belatung. Ingin agar Rahmah merasa putus asa maka iblis pun menggoda. Ia mengingatkan Rahmah betapa tampan dan kayanya Nabi Ayyub AS. Ia juga gigih dalam bekerja dan berusaha. Namun, kini Ayyub AS bukan siapa-siapa. Ia lemah dan tak berdaya. Rahmah bahkan tak tahu sampai kapan penderitannya menemani Ayyub akan selesai.

Rahmah menjerit mendengar hasutan iblis. Iblis tahu ia telah putus asa. Ia datang membawa seekor anak kambing dan berkata, "Suruhlah Ayyub menyembelih anak kambing ini atas namaku. Niscaya ia akan sembuh."

Rahmah menemui suaminya. Ia berteriak di hadapan Nabi Ayyub AS, "Wahai Ayyub! Sampai kapan Allah akan mengazabmu dan tidak mengasihimu? Mana semua hartamu? Mana hewan ternakmu? Mana anak-anakmu? Mana sahabatmu? Mana bajumu yang telah luruh dan berubah jadi abu? Mana tubuhmu yang bagus yang sekarang keluar belatung dari dalamnya? Sembelihlah anak kambing ini dan keluarlah dari penderitaanmu."

Nabi Ayyub AS mengingatkan Rahmah, "Kamu telah didatangi musuh Allah yang mengembuskan perbuatan jahat dan kamu menurutinya. Menurutmu, siapa yang memberikan semua nikmat berupa harta, anak, dan kesehatan yang kamu tangisi tadi?"

"Allah," jawab Rahmah singkat.

"Berapa lama Allah memberikan kepada kita semua kenikmatan itu?"

"Delapan puluh tahun."

"Berapa lama kita hidup dalam ujian ini?"

"Sejak tujuh tahun yang lalu."

Nabi Ayyub AS berkata lagi, "Celakalah engkau! Engkau telah bersikap tidak adil kepada Tuhanmu. Mengapa tidak sabar menghadapi ujian yang menimpa kita seperti kita dulu hidup dalam kesejahteraan? Demi Allah! Jika aku sembuh, aku akan mencambukmu sebanyak 100 cambukan. Engkau juga menyuruhku untuk menyembelih anak kambing dengan nama selain Allah. Makanan dan minuman yang kau bawa dengan cara yang harap tidak akan aku cicipi setelah aku mengucapkan hal ini. Pergilah. Aku tidak ingin melihatmu lagi."

Nabi Ayyub AS mengusir istrinya. Kini, ia tiada melihat istrinya lagi. Tak ada makanan, minuman, tak pula ada teman. Nabi Ayyub AS lalu bersujud kepada Allah. Ia mengadukan nasibnya sembari memuji-Nya. Allah SWT lalu memerintahkan Nabi Ayyub AS menggali tanah dengan kakinya.

Dari tanah yang digali oleh Ayyub AS, memancar air yang sangat jernih. Nabi Ayyub AS mandi dengan air itu. Bersamaan dengan luruhnya air dari tubuh, terangkat pula penyakit yang ia derita. Nabi Ayyub AS kembali menjadi pribadi yang rupawan, bahkan lebih tampan dari sebelumnya. Ia juga mendapati keluarga, anak-anak, dan harta yang jauh lebih melimpah. Kisah ini tercantum dalam QS al-Anbiya [21]: 83.

Sementara itu, Rahmah dilanda kegalauan. Walaupun telah diusir, ia terus memikirkan suaminya yang sebatang kara. "Siapa yang akan memberinya makan? Akankah kubiarkan dia mati karena haus dan lapar? Kemudian, mayatnya habis dimakan binatang buas?"

Rahmah tak sanggup membayangkan kondisi suaminya. Ia pun kembali menemui Ayyub AS. Setibanya di sana, ia tak melihat tenda yang biasa ia tinggali bersama Ayyub. Tak ada yang ia kenali. Semua telah berubah.

Rahmah mengelilingi tempat itu sembari menangis mencari-cari suaminya. Nabi Ayyub AS melihat Rahmah dan berkata, "Apa yang kau inginkan, wahai hamba Allah?"

"Aku menginginkan orang yang diberikan ujian oleh Allah yang terkucil di kemah ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya," jawab Rahmah.

"Siapa dia?"

"Dia suamiku. Apakah engkau melihatnya?" kata Rahmah sembari menangis.

"Jika engkau melihatnya apakah engkau dapat mengenalinya?"

Rahmah berkata semua orang dapat mengenali Ayyub AS. Di antara tangisnya, ia melihat ke arah Ayyub dan berkata, "Jika sehat, dia mirip denganmu."

"Akulah Ayyub yang kamu suruh menyembelih anak kambing atas nama iblis. Namun, aku menaati Allah SWT dan mengingkari iblis. Allah mengembalikan kepadaku semua yang kamu lihat di sini," ujar Nabi Ayyub AS.

Rahmah pun memeluk Nabi Ayyub AS dan tak hendak melepaskannya. Mereka melewati semua yang mereka miliki.

Setelah mendapatkan istrinya kembali, Nabi Ayyub AS tak lupa akan sumpahnya. Ia ingin melaksanakan sumpah tersebut dan mencambuk istrinya 100 kali. Tapi, Allah memberi keringanan. Ia memerintahkan Nabi Ayyub AS mengambil rumput dengan genggaman tangannya dan mencambuk Rahmah sekali saja.

Dalam sebuah riwayat, seperti tertulis dalam 150 Perempuan Shalihah karya Abu Malik Muhammad bin Hamid, Rahmah digambarkan membuat kerajinan untuk dijual selama menghadapi cobaan. Setelah bertahun-tahun, orang-orang merasa bosan dengan mereka berdua. Apalagi, Ayyub AS telah terserang penyakit. Mereka tak mau lagi mempekerjakan Rahmah.

Suatu hari, ia benar-benar tidak mendapatkan makanan. Ia lalu memotong sanggulnya dan menukarnya dengan sepotong roti. Nabi Ayyub AS bertanya, "Mana sanggulmu?"

Rahmah menceritakan apa yang ia lakukan. Nabi Ayyub merasa sedih sekali, tapi sadar tak mampu berbuat apa-apa. Ia berterima kasih kepada istrinya atas apa yang telah ia lakukan. 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement