Senin 22 Jun 2020 15:13 WIB

Hotel-Hotel Mewah di New Delhi akan Dipakai Pasien Covid-19

Pihak hotel di New Delhi menolak rencana pemerintah untuk merawat pasien Covid-19.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Seorang petugas berjalan mengumpulkan formulir karantina rumah selama 14 hari yang ditandatangani oleh fotografer Associated Press Rafiq Maqbool di sebuah hotel, Mumbai, India, Ahad (26/4). Maqbool merupakan salah satu dari jurnalis yang dinyatakan positif COVID-19 dan pindah secara kolektif ke hotel. Pada hari ke lima karantina, mereka menjalani tes swab lagi di hidung dan mulut. Hasil test menunjukkan tidak ada tanda-tanda virus. Dia harus menghabiskan 14 hari ke depan mengisolasi diri di rumah.
Foto: AP/Rafiq Maqbool
Seorang petugas berjalan mengumpulkan formulir karantina rumah selama 14 hari yang ditandatangani oleh fotografer Associated Press Rafiq Maqbool di sebuah hotel, Mumbai, India, Ahad (26/4). Maqbool merupakan salah satu dari jurnalis yang dinyatakan positif COVID-19 dan pindah secara kolektif ke hotel. Pada hari ke lima karantina, mereka menjalani tes swab lagi di hidung dan mulut. Hasil test menunjukkan tidak ada tanda-tanda virus. Dia harus menghabiskan 14 hari ke depan mengisolasi diri di rumah.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Para karyawan di hotel-hotel mewah di New Delhi, India akan mulai menyambut para tamu yang kali ini tidak dengan karangan bunga tradisional. Mereka akan menyambut para tamunya dengan pakaian medis pelindung diri.

Di tengah kekhawatiran kurangnya pasokan tempat tidur rumah sakit untuk pasien virus corona baru atau Covid-19, pemerintah ibu kota New Delhi menjadi yang pertama di India memberdayakan hotel-hotelnya. Mulai pekan ini, 25 hotel akan digunakan kembali sebagai pusat perawatan Covid-19 darurat untuk pasien dengan gejala ringan hingga sedang.

Baca Juga

Sebagai persiapan menghadapi staf medis yang kewalahan, karyawan hotel dilatih untuk bisa menangani perawatan medis. Beberapa karyawan hotel tidak dapat menolak peran baru tersebut kecuali karyawan di atas usia 50 tahun.

Namun demikian, staf hotel cemas tentang prospek yang bakal mengubah keterampilan keramahan mereka menjadi perawatan rumah sakit. Kannu Sharma, yang biasanya melatih staf pendukung rumah sakit, mulai melatih 75 karyawan di ballroom hotel Suryaa pekan lalu. Menurutnya yang bisa dilihatnya hanyalah deretan mata ketakutan yang menatapnya berbalut masker.

"Mereka takut akan keselamatan mereka, tentang membawa virus kembali ke keluarga mereka dan apakah mereka dapat mengatasi sanitasi yang ketat dan pembuangan limbah biomedis," kata Sharma dikutip Guardian, Senin (22/6).

Setiap hotel akan dihubungkan dengan rumah sakit Covid-19 terdekat. Sharma bekerja di rumah sakit Keluarga Suci, hanya beberapa meter dari hotel Suryaa. Rumah sakit juga mengidentifikasi tim medis yang akan bekerja di hotel.

Setiap hari, terdapat pasien baru. Pemerintah kota sangat perlu menambahkan lebih banyak tempat tidur dengan total sekitar 9.000 saat ini.

Kepala menteri Delhi, Arvind Kejriwal telah memperkirakan bahwa ibu kota membutuhkan 150 ribu tempat tidur pada akhir Juli, ketika kasus diperkirakan meningkat hingga setengah juta. Bahkan jika 15 ribu tempat tidur lain dapat digunakan di hotel, kota ini masih akan kekurangan. Tetapi, ia percaya bahwa setidaknya itu akan mengurangi tekanan pada rumah sakit dengan memungkinkan mereka untuk fokus pada kasus-kasus serius.

Sharma mengatakan kepada staf Suryaa bahwa tempat tidur, termasuk kasur, harus dirawat dengan bahan kimia khusus sebelum layanan binatu biasa dan kemudian dibiarkan kering di bawah sinar matahari selama tiga jam. Ketika seorang perawat yang menemani Sharma mendemonstrasikan cara mengenakan Alat Pelindung Diri (APD), mata ketakutan di ruangan itu semakin melebar.

"Saya yakin saya akan salah menggunakan APD dan membiarkan diri saya terpapar virus," kata seorang karyawan yang tidak ingin disebutkan namanya.

Banyak pekerjaan di hotel beroperasi penuh. Lift hotel tidak cukup besar untuk mengambil tandu atau brankas. Sistem pendingin udara harus disesuaikan. Aula yang dilapisi karpet untuk alasan medis perlu diperbarahui. Kamar tidak dilengkapi oksigen, mesin monitor, atau bel panggilan. Protokol sanitasi ekstrem harus diberlakukan di setiap area. Diperlukan sistem untuk pembuangan limbah biomedis.

Tim manajemen hotel juga menentang skema pemerintah. "Kekhawatiran terbesar kami adalah karyawan kami," ujar wakil presiden operasi hotel Greesh Bindra kepada Times of India. "Orang-orang ini belum dilatih dalam kedokteran atau manajemen bencana, jadi mereka punya banyak pertanyaan," ujarnya menambahkan.

Seorang konsultan industri perhotelan, Manav Thadani mengatakan tidak ada kota lain di India dan tidak ada pemerintah di mana pun di dunia ini yang memerintahkan hotel untuk tujuan itu. Hotel-hotel yang terpaksa dibuka kembali karena dijadikan pusat penanganan Covid-19 akan menjalankan tagihan utilitas dan gaji yang lebih tinggi, bersama dengan biaya tambahan seperti APD.

"Hotel akan menghabiskan lebih banyak dan tidak mendapatkan cukup kembalian. Tarifnya seharusnya lebih tinggi dan mungkin pemerintah bisa mensubsidi itu. Atau setidaknya menawarkan keringanan pajak atau biaya lisensi. Justru itu tidak ada sehingga industri harus bersiap diri untuk kerugian lebih lanjut," kata Thadani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement