Senin 22 Jun 2020 14:02 WIB

Korut akan Kirimkan 12 Juta Selebaran Propaganda ke Korsel

Pengiriman selebaran propaganda Korut sebagai balasan pamflet dari Korsel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Seorang prajurit tentara Korea Selatan berpatroli di Jembatan Unifikasi, yang mengarah ke desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi di Paju, Korea Selatan. Selasa, 16 Juni 2020
Foto: AP/Ahn Young-joon
Seorang prajurit tentara Korea Selatan berpatroli di Jembatan Unifikasi, yang mengarah ke desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi di Paju, Korea Selatan. Selasa, 16 Juni 2020

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) siap mengirim selebaran propaganda melalui balon kepada Korea Selatan (Korsel). Kantor berita pemerintah Korut, KCNA melaporkan, sebuah institusi penerbitan dan percetakan di ibu kota Pyongyang telah mencetak 12 juta selebaran yang berisi kebencian untuk dikirim ke Korsel.

Korut mengirim selebaran propaganda sebagai aksi balasan dan menuding Korsel mengizinkan penyebaran pamflet anti-Pyongyang melalui perbatasan dalam beberapa minggu terakhir. Sebelumnya, Korut menyerang dan menghancurkan kantor antar-Korea serta memutuskan komunikasi dengan Korsel.

Baca Juga

"Waktu untuk pembalasan sudah dekat. Pada 22 Juni berbagai peraalatan untuk mendistribuskkan selebaran, termasuk lebih dari 30.000 balon dari berbagai jenis yang mampu menyebarkan selebaran hingga ke Korea Selatan telah disiapkan," ujar laporan KCNA.

Laporan KCNA menyatakan, rencana untuk mendistribusikan selebaran propaganda merupakan reaksi kemarahan dari seluruh masyarakat Korut. Pihak Korut mengaku jengkel dengan ulah Korsel yang menyebarkan selebaran.

Juru bicara Kepala Staf Gabungan Korsel, Kim Jun-rak mengatakan, Seoul siap menghadapi langkah-langkah yang akan dilakukan oleh Korut. Kim mengatakan, pihaknya sedang memantau langkah militer Korut dengan siaga.

"Kami sedang memantau dengan seksama langkah-langkah militer Korea Utara. Dalam persiapan untuk berbagai kemungkinan, kami mempertahankan postur kesiapan yang kuat," kata Kim kepada Korea Herald.

Korut dan Korsel memiliki Perjanjian Militer Komprehensif 2018 yakni membentuk zona larangan terbang di sepanjang perbatasan antar-Korea. Ketegangan bilateral antara kedua negara telah meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Korut menolak tawaran Korsel untuk mengirim utusan khusus dalam rangka meredam ketegangan tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement