Senin 22 Jun 2020 12:22 WIB

Inovasi LAZ Solopeduli Olah Kurban Sapi Menjadi Abon

Tahun ini Solopeduli menargetkan bisa mendapatkan 3.450 sohibul kurban

Rep: binti sholikah / Red: Hiru Muhammad
Setiap tahun, Lembaga Amil Zakat (LAZ) Solopeduli membuka layanan kurban pada Hari Raya Idul Adha bagi donatur yang ingin berkurban dan menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan. Bedanya, tahun ini Solopeduli berinovasi dengan membuat olahan hewan kurban sapi menjadi abon.
Foto: istimewa
Setiap tahun, Lembaga Amil Zakat (LAZ) Solopeduli membuka layanan kurban pada Hari Raya Idul Adha bagi donatur yang ingin berkurban dan menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan. Bedanya, tahun ini Solopeduli berinovasi dengan membuat olahan hewan kurban sapi menjadi abon.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Setiap tahun, Lembaga Amil Zakat (LAZ) Solopeduli membuka layanan kurban pada Hari Raya Idul Adha bagi donatur yang ingin berkurban dan menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan. Bedanya, tahun ini Solopeduli berinovasi dengan membuat olahan hewan kurban sapi menjadi abon.

Inovasi tersebut muncul untuk memudahkan dalam pengadaan dan penyembelihan hewan kurban serta memudahkan dalam penyaluran dengan menerapkan jaga jarak di masa pandemi Covid-19.

Direktur Utama Solopeduli, Sidik Anshori, mengatakan, tahun ini Solopeduli menargetkan bisa mendapatkan 3.450 sohibul kurban. Angka tersebut diharapkan bisa terpenuhi untuk disalurkan ke wilayah pelosok dan minus ekonomi terutama di wilayah Jawa Tengah.

Dia memaparkan, tahun ini Solopeduli mengoptimalkan kurban sapi menjadi olahan abon. Sedang sisa olahan abon akan tetap didistribusikan untuk masyarakat yang membutuhkan atau kaum dhuafa. Sedangkan untuk kulit hewan kurban akan dijual dan hasil dari penjualan akan dibelikan daging untuk kembali disalurkan untuk masyarakat yang membutuhkan.

 

"Budaya orang Indonesia masih suka berkerumun, maka Abonisasi atau pengolahan hewan kurban sapi untuk diolah menjadi abon merupakan ikhtiar yang paling tepat untuk menghindari kerumunan. Karena kalau di masyarakat satu hewan biasa ditangani delapan orang, tetapi kalau melalui lembaga seperti Solopeduli, satu hewan bisa ditangani hanya dua orang," jelas Sidik Anshori seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (22/6).

Nantinya, pnyembelihan hewan kurban dilakukan pada Hari Raya Idhul Adha sampai hari Tasyrik ketiga. Sedangkan penyaluran abon atau dagingnya bisa dilakukan di hari Tasyrik dan setelah hari Tasyrik. "Abon ini masa kedaluwarsanya lebih lama, sampai satu tahun, jadi lebih awet. Bahkan abon dari program ini kalaupun ada sisa bisa disalurkan saat terjadi bencana, karena Indonesia sering sekali mengalami bencana," imbuh Sidik.

Menurutnya, masa pandemi bukanlah alasan untuk berpangku tangan tanpa memberikan maslahat bagi masyarakat. Selama tiga tahun ini, tren berkurban melalui Solopeduli mengalami kenaikan. Karenanya, di masa pandemi ini Solopeduli mengoptimalkan peran dengan mengajak sebanyak mungkin donatur agar bisa berkurban.

"Kalau setiap satu kepala keluarga berkurban satu ekor kambing atau seper tujuh sapi akan menjadi kekuatan untuk ketahanan pangan. Sehingga masa pandemi Covid-19 bukanlah masa yang susah karena daging kambing dan juga abon sapi ini akan disebarkan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan, dan juga kami salurkan ke dapur-dapur umum penanganan pandemi," papar Sidik.

Meski demikian, Solopeduli tetap menerima donatur yang ingin berkurban dengan penyaluran berupa daging kurban baik berupa sapi maupun kambing. Donatur bebas menentukan akan berkurban dengan penyaluran berupa daging kurban baik sapi maupun kambing/domba dan bisa juga berupa hewan yang akan diolah berupa abon. Tim sudah dibagi untuk memudahkan program kurban Solopeduli. "Donatur yang berkurban melalui Solopeduli akan mendapatkan sertifikat dan mendapatkan abon sebanyak 10 bungkus," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement