Senin 22 Jun 2020 08:03 WIB

Saat Umar bin Abdul Aziz Dinasihati Imam Hasan al-Bashri

Dia pun tak segan meminta nasihat kepada para ulama pada masanya.

Umar bin Abdul Azis menjadi teladan yang disegani pada masanya.
Foto: Artwallpaper.eu/ca
Umar bin Abdul Azis menjadi teladan yang disegani pada masanya.

REPUBLIKA.CO.ID, Umar bin Abdul Aziz menjadi seorang khalifah yang meno reh kan tinta emas dalam sejarah Islam. Meski hanya menjabat tiga tahun (717-720 M), keturunan dari trah Umar bin Khattab itu berhasil memakmurkan seantero wilayah Dinasti Umayah. Kejujuran dan kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz membuatnya dicintai rakyat. Dia pun tak segan meminta nasihat kepada para ulama pada masanya.

Dalam kitab Jamharah Khuthab al-Arab, tertulis jika Umar bin Abdul Aziz menulis surat ke pada Imam Hasan al-Bashri. Khalifah itu meminta sang imam untuk menuliskan baginya tentang kriteria pemimpin yang adil. Berikut bagian dari risalah Imam Hasan al-Bashri yang ditulis dengan judul Sifat Imam yang Adil.

"Ketahuilah Amirul Mukminin, Allah SWT menjadikan imam yang adil sebagai pelurus se gala sesuatu yang melenceng, pemberi petunjuk bagi semua orang yang zalim, yang memperbaiki segala sesuatu yang rusak, kekuatan bagi orang yang lemah, pemberi keadilan bagi semua orang yang dizalimi dan penolong semua orang yang sedang memerlukan pertolongan.

Dan, imam yang adil, wahai Amirul Mukminin, adalah laksana seorang penggembala yang penyayang terhadap untanya, dan teman bagi gembalanya yang mengantarkannya ke tempat ladang gembala yang paling baik, yang menja ga nya dari jalan yang berbahaya, yang menjaga nya dari hewan yang buas, dan yang menyelamatkannya dari panas dan dingin yang amat sangat.

Imam yang adil, wahai Amirul Mukminin, adalah laksana seorang bapak yang penuh kasih sayang terhadap anaknya, yang memberinya minum saat ia masih kecil, yang mengajarkannya saat ia menginjak dewasa, yang mencarikan dia rezeki saat dia masih hidup, dan meninggalkan harta bagi anaknya setelah ia meninggal.

Imam yang adil, wahai Amirul Mukminin, adalah seperti ibu yang penyayang, yang amat penuh perhatian terhadap anaknya, yang mem bawanya saat hamil meskipun dalam keadaan sulit, melahirkannya dalam keadaan sulit, men didiknya saat ia masih kecil, menjaganya di wak tu malam ketika anaknya mengalami sakit, yang merasa tenang dengan tenangnya anaknya, yang menyusuinya pada satu jenjang waktu, dan me mutus susuannya ketika waktunya datang, yang merasa gembira dengan sehatnya sang anak dan merasa sedih dengan sakitnya sang anak.

Imam yang adil, wahai Amirul Mukminin, ada lah orang yang menanggung para anak yatim, tempat orang miskin mendapatkan bantuan, yang mendidik mereka yang masih kecil dan memberi makan mereka yang sudah dewasa. Imam yang adil, wahai Amirul Mukminin, adalah laksana hati bagi anggota tubuh, yang sudah menjadi baik dengan baiknya hati tersebut dan rusaknya dengan rusak hati tersebut.

Imam yang adil, wahai Amirul Mukminun, ada lah seorang yang menjadi wakil Allah terha dap hamba-hamba-Nya, yang mendengarkan kalam Allah dan memperdengarkannya kepada mereka yang memperhatikan Allah dalam setiap langkahnya juga memperlihatkan hal itu kepada rakyatnya, serta berjalan memuji Allah dan mem bimbing mereka menuju kepada-Nya.

Dan, dalam masalah amanah yang diletakkan ke pundakmu, maka janganlah Anda, wahai Amirul Mukminin, seperti hamba yang diberikan amanah oleh tuannya serta diperintahkan untuk menjaga harta dan keluarganya. Namun, ia ke mu dian menghambur-hamburkan harta tersebut, dan menyia-nyiakan keluarganya sehingga membuat keluarganya miskin dan menghabiskan hartanya.

Ketahuilah, wahai Amirul Mukminin, bah wa Allah telah menurunkan had-had-Nya de ngan tujuan menghalangi manusia dari mengerjakan tujuan yang keji dan buruk. Maka bagaimana jadinya jika keburukan itu justru di lakukan oleh orang yang memimpin manu sia? Dan, Allah menurunkan qishash sebagai penjaga kehidupan bagi para hamba-Nya, maka bagaimana jadinya jika hamba tersebut justru dibunuh oleh penguasa yang seharusnya menjalankan qishash untuk mereka itu?

Ingatlah wahai Amirul Mukminin, kemati an dan yang setelahnya dan tentang amat sedikitnya keluargamu ketika itu, dan tidak ada pembelamu saat itu. Maka, persiapkanlah bekalmu, bagi waktu kematian itu, dan bagi masa yang setelahnya yang berisi kengerian yang besar. Ketahuilah Amirul Mukminin, engkau memiliki rumah di akhirat yang ber beda dengan rumah yang engkau tempati saat ini. Di rumah akhirat tersebut engkau akan mengalami masa yang panjang, akan ditinggal kan oleh orang-orang yang mengasihimu, dan menempatkan engkau di perut bumi dalam keadaan sendirian. Oleh karena itu, persiapkanlah bekal yang akan menyertaimu pada hari orang-orang lari dari saudaranya, ibunya, ayahnya, istrinya dan anaknya.

Ingatlah Amirul Mukminin, ketika mayatmayat dibangkitkan dari kubur, apa yang ter simpan dalam hati ditampakkan sehingga segala yang awalnya rahasia menjadi tampak, dan buku catatan amal perbuatan tak sedikit pun alpa mencatat perkara yang kecil maupun besar.

Sekarang, wahai Amirul Mukminin, engkau masih memiliki kesempatan sebelum da tangnya ajal dan putusnya harapan. Maka hendaknya engkau, wahai Amirul Mukminin, tak memberi keputusan bagi hamba-hamba Allah dengan keputusan hukum seperti yang ditetap kan oleh orang-orang yang jahil. Jangan eng kau bertindak terhadap mereka dengan tindakan orang yang zalim, jangan menjadi pihak yang menindas terhadap orang-orang lemah."

sumber : Dialog Jumat
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement