Senin 22 Jun 2020 07:54 WIB

Kedudukan Ta’awwuz

Setan itu disebut terkutuk karena diusir Allah dari alam langit.

Imam Besar Masjid Istiqlal KH. Nasaruddin Umar menyampaikan paparannya saat Kuliah Kebangsaan di Wisma Antara, Jakarta, Kamis (17/10/2019).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Imam Besar Masjid Istiqlal KH. Nasaruddin Umar menyampaikan paparannya saat Kuliah Kebangsaan di Wisma Antara, Jakarta, Kamis (17/10/2019).

Prof KH Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal)

REPUBLIKA.CO.ID, Meskipun redaksi ta'awwuz bukan ayat, tetapi sudah menjadi tradisi di dalam masyarakat untuk membacanya sebelum membaca ayat-ayat Quran. Dasarnya ialah ayat: "Fa idza qara't al-qur'an fasta'idz billah min al-syaithan al-raajim" (Apabila kamu membaca Alquran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk). (QS al- Nahl/16:98).

Atas dasar ayat ini, al- Sayuti di dalam kitab tafsirnya, al-Durr al- Mansur, mewajibkan membaca ta'awwuz sebelum membaca ayat, khususnya di dalam shalat. Dalam perlombaan mushabaqah tilawatil Qur'an (MTQ), seorang qari atau qariah wajib membacanya sebelum membaca basmalah.

Kata a'udzu dari akar kata 'adzaya'udzu berarti kembali (al-iltija'), berlindung (al-istijarah), melekat (aliltishaq). Dengan demikian, a'udzu billahi bisa berarti: (1) aku mengembalikan diriku kepada Allah, (2) aku berlindung kepada Allah, (3) aku melekatkan diriku dengan karunia dan rahmat Allah. Menarik untuk diperhatikan, Allah SWT tidak menggunakan kata: qul a'uddzu … seperti dalam ayat: "qul a'udzu bi Rabb al-falaq." (QS al-Falaq/113:1), "qul a'udzu bi Rabb al-nas" (QS al- Nas/114:1), atau seperti ungkapan hadis: "A'udzu bi kalimat Allah altammah min syarri ma khalaq."

Kata Allah adalah lafaz agung (lafz al-jalalah) yang tidak boleh siapa pun dan apa pun menggunakan nama ini. Kelebihan Allah (alif lam lam ha) dibuang huruf alif masih bisa dibaca lillahi (lillah) artinya "untuk Allah", dibuang huruf lam-nya masih bisa dibaca lahu artinya kepunyaan Allah, dan dibuang lam keduanya masib bisa dibaca hu kata ganti berarti 'Dia'.

Kata Allah bukan sekadar pantulan huruf-huruf, tetapi sekaligus simbol kesucian yang amat dihargai oleh umat Islam. Kata itu tidak boleh ditempatkan di tempat yang tidak layak, seperti menjadikannya sebagai tulisan di tumit sepatu, seperti sebuah merek sepatu terkenal mungkin sengaja atau tidak sengaja, ada kaligrafi yang menyerupai huruf Allah membuat umat Islam keberatan dan meminta produsennya meminta maaf dan menghentikan produksinya.

Kaligrafi Allah sering ditemukan di tempat-tempat mulia seperti di mihrab atau di dinding-dinding kebesaran yang sering dipasangkan dengan lafaz Muhammad, nama nabi dan rasul terakhir-Nya. Kata Allah juga sering diwiridkan oleh sejumlah tarekat dengan membacanya ratusan atau ribuan kali setiap hari. Mereka meyakini dengan menyebut atau memanggil nama Allah akan mendatatkan keselamatan dan ketenangan batin.

Kata a'udhu billahi menggunakan huruf ba, tidak menggunakan huruf jar lain yang bahasa Indonesia bisa diartikan sama. Kekhususan huruf ba dalam ilmu balagah sering kali menunjukkan kedekatan dan keakraban, misalnya Allah SWT menggunakan huruf ba ketika Allah memerintahkan berbuat baik kepada kedua orang tua, sebagaimana disebutkan dalam ayat: "Wa bil walidain ihsanan" (hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya/QS al- Isra'/17:23).

Sedangkan, berbuat baik kepada kerabat, yatim piatu, fakir miskin, dan ibnu sabil, Allah SWT menggunakan huruf lam, seperti dalam ayat: "Wa lidzi al-qurba wa almasakin wa ibn sabil" (QS al- Anfal/8:41). Kalangan ulama tafsir menjelaskan bahwa berbuat baik kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil boleh melalui perantaraan orang lain, sedangkan kepada kedua orang tua, anak yang harus langsung berbuat baik tanpa perantaraan.

Kata al-syaithan dari akar kata syathana-yasythunu berarti menjauhkan (al-bu'd) dan menyondongkan kepada kebatilan (syatha). Jadi, setiap makhluk, baik manusia, jin, maupun hewan, yang menyimpang dan menjauh dari kebenaran, dapat disebut setan, karena menjauhkan dari petunjuk dan kebenaran.

Setan lebih merupakan pemilik sifat-sifat negatif yang sifat-sifat ini bisa saja muncul dari jin, manusia, dan makhluk lain sebagaimana disebutkan dalam ayat: "Alladzi yuwaswisu fi shudur al-nas" (yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia/QS al- Nas/114:5-6). Pembahasan tentang hakikat setan dan sifat-sifatnya akan dijelaskan tersendiri di dalam beberapa ayat yang mengungkapkan keberadaan setan.

Kata al-rajim berasal dari akar kata rajama-yarjumu berarti melempar (rama) atau mengutuk, melaknat (la'ana). Kata al-rajim di sini berarti yang terkutuk (al-marjum), sebagaimana disebutkan dalam ayat: Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama." (QS Maryam/19:46).

Kata rajama terulang 14 kali dalam Alquran dalam berbagai bentuknya, delapan kali di antaranya diperuntukkan kepada setan. Enam kali dalam bentuk rajim dan masigmasing sekali dalam bentuk rajum dan marjum. Setan itu disebut terkutuk karena diusir Allah dari alam langit. Allah memerintahkan para malaikat untuk melempari setansetan itu dengan batu meteor yang tajam agar terusir dari langit.

 

 

sumber : Pusat Data Republika
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement