Senin 22 Jun 2020 07:38 WIB

Presiden Brasil Tunjukkan Militer Berada di Sisinya

Bolsonaro dengan tegas menyebut militer harus melayani keinginan warga Brasil

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Presiden Brasil Jair Bolsonaro bersama para pendukungnya yang mengajak ia berswafoto di Brasilia, Brasil, Senin (25/5). Bolsonaro dengan tegas menyebut militer harus melayani keinginan warga Brasil. Ilustrasi.
Foto: Eraldo Peres/AP
Presiden Brasil Jair Bolsonaro bersama para pendukungnya yang mengajak ia berswafoto di Brasilia, Brasil, Senin (25/5). Bolsonaro dengan tegas menyebut militer harus melayani keinginan warga Brasil. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengatakan militer melayani kehendak rakyat dan misinya adalah untuk mempertahankan demokrasi, Ahad (21/6). Pernyataan tersebut membuat hubungan antar lembaga di negara tersebut semakin buruk dalam menarik kekuatan militer.

"Misi kami, misi Angkatan Bersenjata, adalah untuk membela negara, itu untuk mempertahankan demokrasi," kata Bolsonaro dalam video komentarnya yang diunggah secara daring.

Baca Juga

Bolsonaro berbicara di Rio de Janeiro pada pemakaman penerjun payung yang meninggal sehari sebelumnya karena kecelakaan di sebuah pangkalan udara. Komentarnya datang ketika para pendukung dan penentangnya berkumpul di kota-kota di seluruh negeri, menjadi sebuah simbol polarisasi di negara terbesar di Amerika Latin itu. Bolsonaro dengan tegas menyebut militer harus melayani keinginan warga Brasil.

Di Brasilia, dua kelompok yang berseberangan dipisahkan oleh polisi. Beberapa pawai anti-Bolsonaro juga memasukkan protes terhadap rasisme dalam solidaritas dengan gerakan Black Lives Matter.

Ketegangan telah meningkat di Brasilia antara presiden dan Mahkamah Agung. Kondisi ini menyebabkan beberapa pihak menduga militer akan dipaksa untuk memihak pada suatu situasi yang akhirnya memburuk.

Tergerak oleh para pendukung dan mantan jenderal di kabinetnya, Bolsonaro telah memicu ketegangan. Dia mengatakan militer tidak akan pernah mengeluarkannya dari jabatan. Kekhawatiran ini lahir dari rasa frustrasinya atas kasus-kasus hukum yang memengaruhinya dan para pendukung politiknya. Dia juga menghadapi berbagai proposal pemakzulan di Kongres.

Gesekan juga terjadi ketika Brasil telah berjuang dengan pandemi virus corona yang memburuk. Negara ini menyalip 50 ribu kematian pada Ahad setelah melewati satu juta kasus pada Jumat (20/6). Brasil sekarang memiliki wabah terburuk kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement