Senin 22 Jun 2020 02:06 WIB

Petani Kopi Kulon Progo Jual Kopi Secara Daring

Permintaan kopi hasil produksi petani Kulon Progo mengalami penurunan akibat Covid-19

Petani memetik kopi robusta, ilustrasi.
Foto: ANTARA/ADENG BUSTOMI
Petani memetik kopi robusta, ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Petani kopi di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai mengemas kopi hasil panen dan menjualnya secara daring. Penjualan secara daring ini dilakukan meski permintaan mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19.

Salah satu petani kopi di Samigaluh Windarno di Kulon Progo, Ahad (21/6), mengatakan saat ini petani di Kecamatan Samigaluh sedang memasuki masa panen raya kopi jenis robusta dan arabika, namun pandemi ini menyebabkan permintaan turun.

Baca Juga

"Kami tetap memanen kopi yang siap petik. Kemudian kami olah dan dikemas dengan bagus, lebih awet," kata Windarno.

Ia mengakui selama pandemi ini, permintaan kopi Suroloyo baik yang sudah diolah maupun masih dalam bentuk biji turun signifikan. Ia juga menjual kopi hasil produksinya secara daring supaya mampu bertahan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Windarno biasa menjual kopi biji ke luar area Kulonprogo. Kisaran harga untuk jenis robusta sebesar Rp150.000 ribu per kilogram. Kemudian, kopi jenis arabika mencapai Rp260.000 per kilogram. Dengan harga itu, ia bisa mengantongi minimal Rp10 juta. Namun sekarang nominal itu sulit dicapai.

"Penurunannya cukup tinggi ya, sebelum pandemi biasanya kami bisa menyuplai minimal 50 kilogram kopi Suroloyo baik robusta maupun arabika ke berbagai kedai kopi di DIY dan sekitarnya, sedangkan sekarang bisa 10 kg saja sudah syukur," katanya.

Ia juga mengatakan selain bertani, dirinya juga membuka kedai dengan menu utama "Kopi Suroloyo Kedai" yang berlokasi di kawasan objek wisata Puncak Suroloyo. Pada saat akhir pekan dan musim liburan, kedainya dipadati pengunjung. Dalam sehari ia mampu menjual ratusan cangkir kopi, dengan kisaran harga Rp12.000 ke atas.

Namun saat awal pandemi, kunjungan wisatawan atau pencinta kopi turun drastis. Pada awal Juni ini mulai ramai kembali. "Sekarang sudah mulai ramai, tapi belum seramai dulu," ungkapnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugraha mendukung langkah petani kopi. Pada masa pandemi ini, penjualan secara daring adalah cara efektif memasarkan produk.

"Dalam kondisi seperti ini petani harus mampu menggunakan IT supaya mereka dapat memasarkan produknya secara daring," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement