Ahad 21 Jun 2020 05:36 WIB

Pahala Berbaik Sangka

Tak ada pilihan, manusia harus bersangka baik kepada Allah SWT.

Saat hidup di dunia inilah, kita sebaiknya terus-menerus berprasangka baik kepada Allah
Foto: Onislam.net
Saat hidup di dunia inilah, kita sebaiknya terus-menerus berprasangka baik kepada Allah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr kH Syamsul Yakin MA

 

Di dalam sejumlah literatur hadits, disebutkan bahwa pahala berbaik sangka kepada sesama adalah surga. Sedangkan pahala berbaik sangka kepada Allah SWT, terurai seperti dalam hadits Qudsi berikut ini, “Aku tergantung sangka hamba kepada-Ku. Aku bersamanya kalau dia mengingat Aku. Kalau dia mengingatku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diri-Ku. 

Kalau dia mengingat Aku di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (HR. Bukhari).

Namun sebaliknya, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin ketika berbaik sangka kepada Tuhannya, maka dia akan memperbaiki amalnya. Sementara orang buruk, dia berburuk sangka kepada Tuhannya, sehingga dia melakukan amal keburukan.” (HR. Ahmad). Maka tak ada pilihan, manusia harus bersangka baik kepada Allah SWT.

Tentang berbaik sangka kepada manusia, Anas bin Malik bercerita, “Pada suatu hari kami duduk bersama Rasulullah SAW. Lalu beliau bersabda, “Sebentar lagi akan muncul di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni surga. Tiba-tiba muncul orang Anshar yang janggutnya basah dengan air wudhu. Dia mengikat kedua sandalnya pada tangan sebelah kiri”.

Kesokan harinya, Rasulullah SAW berkata hal yang serupa, “Akan datang seorang laki-laki penghuni surga” Dan muncul laki-laki yang sama. Begitulah Nabi mengulang sampai tiga kali. Seusai majelis tersebut, Abdullah bin Amr bin Ash mencoba mengikuti laki-laki itu yang disebut Nabi SAW sebagai penghuni surga. 

Lalu Abdullah berkata kepadanya, “Saya ini bertengkar dengan ayah saya, dan saya berjanji kepada ayah bahwa selama tiga hari saya tidak akan menemuinya. Maukah kamu memberi tempat pondokan buat saya selama hari-hari itu?” Abdullah mengikuti orang tersebut ke rumahnya dan menginap selama tiga malam. 

Selama menginap, Abdullah ingin menyaksikan ibadah apa saja sesungguhnya yang dilakukan orang itu sehingga disebut Rasulullah SAW sebagai penghuni surga. Namun ternyata selama menginap, Abdullah tidak menyaksikan sesuatu yang istimewa dalam ibadah orang itu. Lalu Abdullah bertanya tentang perbuatan yang membuatnya bisa masuk surga.

Orang Anshar itu menjawab, “Demi Allah, amal ibadahku tidak lebih dari yang kamu saksikan itu. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan pada diriku niat yang buruk (bersangka buruk) terhadap sesama muslim, dan aku tidak pernah menyimpan rasa dengki kepada mereka terhadap  kebaikan yang diberikan Allah kepada mereka”.

Kemudian Abdullah bin Amr bin Ash berkata, “Alangkah bersihnya hatimu dari perasaan jelek kepada kaum muslim, dan bersihnya hatimu dari perasaan dengki. Inilah sepertinya yang menyebabkan kamu sampai ke tempat terpuji itu (surga) yang ternyata kami tidak bisa melakukannya.” (HR. Ahmad dan Nasa’i).

Kesimpulannya, mari kita berbaik sangka kepada Allah SWT dan sesama. Nabi SAW bersabda, “Janganlah seorang di antara kalian meninggal kecuali dia telah berbaik sangka kepada Allah” (HR. Muslim). Allah SWT berfirman,  “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak berburuk sangka, karena sebagian dari berburuk sangka itu dosa.” (QS. al-Hujurat/49: 12).

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement