Kamis 18 Jun 2020 20:01 WIB

Sri Mulyani : Konsumsi Rumah Tangga Bisa Nol Persen

Konsumsi rumah tangga yang melemah sudah terlihat sejak kuartal lalu.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pemaparan melalui video konferensi.  Sri Mulyani memperkirakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal kedua tahun ini akan berada pada kisaran nol persen.
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pemaparan melalui video konferensi. Sri Mulyani memperkirakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal kedua tahun ini akan berada pada kisaran nol persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal kedua tahun ini akan berada pada kisaran nol persen dibandingkan kuartal kedua 2019 (year on year/ yoy). Angka tersebut melambat signifikan dibandingkan realisasi kuartal pertama yang sebesar 2,84 persen (yoy).

Kebijakan social distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah secara bertahap sejak Maret menyebabkan aktivitas ekonomi terhambat. Dampaknya, pendapatan masyarakat menjadi terganggu.  

Baca Juga

"Kami perkirakan, kuartal kedua, konsumsi rumah tangga yang tadinya bisa tumbuh tiga persen akan mengalami pelemahan lebih lanjut di kisaran nol persen," ujar Sri dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR melalui telekonferensi, Kamis (18/6).

Dengan kondisi tersebut, Sri menyebutkan, laju inflasi tidak menjadi ancaman stabilitas ekonomi saat ini. Oleh karena itu, ia berharap Bank Indonesia dapat memberikan kebijakan moneter yang lebih akomodatif.

Konsumsi rumah tangga yang melemah sudah terlihat sejak kuartal lalu. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal pertama 2019 dapat mencapai 5,02 persen, yang kemudian turun signifikan pada kuartal pertama 2020.

Sri mengatakan, pelemahan konsumsi dan daya beli masyarakat ini menyebabkan tingkat inflasi menurun. Tercatat, inflasi pada Mei yang di dalamnya terdapat momentum Ramadan dan Lebaran sebesar 2,19 persen (yoy). Kondisi tersebut menjadi laju inflasi terendah sepanjang lima bulan terakhir.

Komponen inflasi inti melanjutkan tren penurunan mencapai 2,65 persen yang menjadi indikasi pelemahan permintaan. Sementara, komponen volatile food juga mengalami penurunan inflasi sejak Maret akibat penurunan permintaan dan pelimpahan pasokan.

Sri menyebutkan, mengembalikan inflasi pada kuartal ketiga dan keempat akan menjadi salah satu pekerjaan rumah penting pemerintah. "Khususnya dalam skenario pemulihan ekonomi 2020 yang kita harapkan momentumnya diakselerasi tahun 2021," kata mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement