Kamis 18 Jun 2020 18:06 WIB

Petinggi Militer India dan China Bertemu Setelah Bentrokan

Bentrokan antara tentara India dan China terjadi di wilayah perbatasan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Peta wilayah sengketa India-China-Pakistan.
Foto: wikicommon
Peta wilayah sengketa India-China-Pakistan.

REPUBLIKA.CO.ID, LADAKH -- Perwira militer dari India dan China melakukan pertemuan di Lembah Galwan yang disengketakan, Rabu (17/6). Pertemuan itu merupakan upaya untuk menemukan jalan keluar dari kebuntuan diplomasi selama satu bulan terkait sengketa perbatasan.

Laporan NDTV menyatakan, pertemuan pertama dilakukan setelah pembunuhan 20 tentara India oleh pasukan China pada Senin (15/6). Tidak ada rincian lebih lanjut hasil dari pembicaraan dua lembaga keamanan dari negara-negara tersebut.

Baca Juga

Tapi, Kementerian Luar Negeri China menuduh India dengan sengaja memprovokasi dan menyerang pasukan China. Kondisi itu akhirnya menghasilkan aksi kekerasan di wilayah Ladakh yang disengketakan pada awal pekan ini.

"Pasukan garis depan India melanggar konsensus dan melintasi Line of Actual Control (LAC), dengan sengaja memprovokasi dan menyerang perwira dan tentara China, sehingga memicu konflik fisik yang sengit dan menyebabkan korban," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, melalui Twitter.

Hua menekankan,  India tidak boleh salah menilai situasi saat ini atau meremehkan keinginan pemerintah China untuk menjaga kedaulatan wilayahnya. Sengketa antara dua negara itu terjadi di Lembah Galwan, yang terletak di sepanjang LAC antara India dan China di Ladakh yang dikelola India timur dan diklaim oleh kedua negara.

Meski kedua negara menahan diri untuk membuka dialog, nyatanya beberapa pihak tetap panas dengan pertemuan yang telah terjadi. Di India, anggota sayap kanan nasionalis partai Bharatiya Janata Party (BJP) telah menyerukan untuk memboikot barang-barang China dan pembatalan kontrak dengan perusahaan-perusahaan China.

"Dalam situasi saat ini, masalah China tidak boleh dianggap enteng ... Dalam banyak kasus, mungkin ada uang China yang diinvestasikan, tapi saya pikir hal-hal biasa yang kita beli dari pasar, kita harus memastikan bahwa kita menghindari produk-produk China," Menteri Urusan Makanan dan Konsumen, Ram Vilas Paswan, dikutip dari Aljazirah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement