Kamis 18 Jun 2020 15:58 WIB

Alasan Lagu Populer Kadang Sulit Diakses di Aplikasi Musik

Berkembangnya teknologi membuat musik lebih mudah didistribusikan.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Sreaming musik (ilustrasi).
Foto: Reuters
Sreaming musik (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Layanan streaming musik sudah mulai banyak digunakan di seluruh dunia. Beberapa layanan berbayar, seperti Spotify, Apple Music, Amazon Music Unlimited, Youtube Music, dan Tidal, membantu pengguna mengakses perpustakaan musik yang sangat besar dari semua genre, lokasi, dan era.

Sayang, terkadang pencarian untuk lagu favorit atau lagu populer sulit diakses. Dikutip di laman Abc.net, Kamis (18/6), salah satu penyebabnya adalah penyanyi asli belum menyetujuinya lagunya tersebut tersedia di layanan streaming.

Layanan streaming cenderung tidak berurusan dengan musisi secara langsung. Ada dua cara utama membawa musik ke platform streaming, yakni persetujuan untuk pendistribusian musik lewat perusahaan rekaman, atau agregator digital. Perusahaan rekaman (atau label rekaman) telah lama menjadi bentuk dominan distribusi musik mainstream. Model ini pada umumnya dilakukan dengan cara musisi menandatangani kontrak dengan label yang membantu dalam produksi, promosi, dan distribusi musik.

Sejak dimulainya streaming musik, distribusi telah diperluas untuk memasukkan pengiriman musik secara digital melalui platform streaming. Tetapi beberapa artis besar dengan kontrak rekaman tidak selalu memberikan izin untuk streaming musik mereka. Taylor Swift, misalnya, yang keberatan pada 2014 namun akhirnya setuju pada 2017.

 

CEO dari agregator digital Australia GYROstream, Andy Irvine, mengatakan platform seperti Spotify telah diuji coba untuk memungkinkan musisi mengunggah musik mereka secara langsung. Layanan streaming lebih memilih kesederhanaan berurusan dengan distributor.

"Perusahaan streaming tidak ingin berurusan dengan lebih dari satu juta artis, mereka lebih suka berurusan dengan beberapa perusahaan," kata dia.

Label besar memiliki kesepakatan sendiri dengan layanan streaming. Lalu agregator digital memiliki kesepakatan sendiri dengan banyak layanan di seluruh dunia.

Irvine mengatakan seiring peningkatan teknologi telah membuat musik lebih murah dan lebih mudah untuk diproduksi dan didistribusikan. Para musisi menghindari perjanjian dengan label konvensional dan tetap mandiri. Ini berarti ada permintaan untuk agregator digital.

Chris Endrey adalah musisi independen Australia yang menggunakan agregator digital untuk memasukkan musiknya ke layanan streaming musik. Meskipun pendapatan streaming sangat rendah, Endrey berpikir ada nilai dalam sebuah musik yang mudah diakses. "Tidak ada yang membeli konten lagi," kata Endrey.

Endrey masih merilis musik di Bandcamp, di mana orang dapat membelinya secara langsung, dan mengumpulkan uang melalui Patreon. Tetapi dia mengarahkan orang terlebih dahulu ke Spotify dan Apple Music agar banyak orang mendengarkannya.

Begitulah cara distribusi musik streaming bekerja. Tetapi perjanjian antara pemegang hak dan layanan streaming sering jauh lebih rumit dan dapat menyebabkan musik terhambat oleh platform streaming.

Sementara beberapa musisi memilih untuk memberikan lisensi global kepada distributor. Sebagian lainnya memilih untuk melisensikan musik mereka ke beberapa distributor yang biasanya dibagi berdasarkan negara atau wilayah.

Charles Fairchild, associate professor musik populer di University of Sydney, mengatakan aksesibilitas streaming bukan hanya terkait sumber pendapatan bagi para musisi tapi juga merupakan faktor besar dalam relevansi budaya mereka.

"Ini tentang bisa mengakses karya musik ini kapan pun saya mau. Dari pandangan saya, sulit untuk mengecilkan pentingnya berada di platform streaming," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement