Rabu 17 Jun 2020 19:52 WIB

Jelang New Normal, DPR RI Tagih Aturan Protokol Wisata

Di Indonesia, pembukaan destinasi wisata sebenarnya belum dianjurkan.

Rep: Ali Mansur / Red: Agus Yulianto
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih.
Foto: DPR
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Abdul Fikri Faqih meminta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menerbitkan panduan bagi turis, industri pariwisata. Juga pemerintah daerah dalam masa new normal atau kenormalan yang sebagian mulai diberlakukan, khususnya di sektor pariwisata.  

"Apalagi beberapa pemerintah daerah sudah mulai membuka destinasi wisata nya dengan protokol kesehatan. Kita harus jaga agar kondisi tidak kembali outbreak, malah bisa balik ke fase awal,” ujar politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/6).

Lanjut Abdul Fikri, dalam fase yang belum menunjukkan kulminasi pandemi Covid-19 di Indonesia, pembukaan destinasi wisata sebenarnya belum dianjurkan. Karena setiap kegiatan yang memicu keramaian dan lalu lintas orang, tetap berpotensi meningkatkan angka infeksi, harus ada protokol yang sangat ketat.

Oleh karena itu, Abdul Fikri berharap panduan dari pemerintah pusat terkait daerah-daerah yang sudah mulai menarik wisatawan untuk datang. Fikri menekankan bagaimana merubah perilaku turis agar mampu beradaptasi dalam fase new normal.  Standar pemakaian masker, selalu mencuci tangan, dan physical distancing secara ketat harus tetap diterapkan.   

“Physical distancing juga memaksa pengelola menerapkan pembatasan kuota orang dalam satu tempat hiburan, resto, transportasi, maupun penginapan,” tutur Abdul Fikri.

Kemudian, kata Abdul Fikri, koordinasi lintas sektor juga diharapkan dalam penerapan regulasi tersebut. Pelibatan sektor perhubungan, keamanan dan ketertiban, serta sektor kesehatan harus integral dalam penerapan new normal di pariwisata. Selain itu, Fikri meminta pelibatan pelaku industri pariwisata hingga unit terkecil berpartisipasi dalam kampanye wisata yang aman dan sehat selama new normal.

"Terkait CHS (Cleanlines, Health dan Safety) di industri pariwisata, akan menjadi pertaruhan citra pariwisata lokal maupun nasional di mata pelancong. Citra destinasi wisata saat ini akan kental dengan isu CHS, dimana turis akan merasa aman dan nyaman berkunjung,” sarannya.

Selanjutnya, Fikri berharap dengan semangat gotong royong dari seluruh pelaku dan pengampu, pariwisata nasional akan kembali bangkit dan meraih kepercayaan publik internasional yang tengah turun. Apalagi sebelumnya diberitakan, dilansir organisasi nirlaba Deep Knowledge Group, Indonesia termasuk kategori negara paling tidak aman terhadap Covid-19. 

"Dari daftar 100 negara yang dianggap paling aman dari Covid-19, Indonesia menduduki peringkat 97," tutup Fikri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement