Rabu 17 Jun 2020 18:44 WIB

Ada Covid-19, Permodalan Bank di Indonesia Masih Kuat

Rasio kredit bermasalah perbankan Indonesia cukup tinggi dibanding negara ASEAN lain.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Bank jangkar sebagai penyangga likuiditas perbankan.
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Bank jangkar sebagai penyangga likuiditas perbankan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah perlambatan ekonomi saat pandemi Covid-19 kondisi permodalan perbankan nasional masih cukup kuat pada kuartal satu 2020. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) angka Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan nasional sebesar 22,3 persen, disusul Thailand sebesar 19,14 persen, Malaysia sebesar 18,40 persen, India sebesar 15,10 persen dan Filipina sebesar 12,85 persen.

Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro kondisi permodalan perbankan nasional menduduki posisi tertinggi di ASEAN. “Dari sisi CAR kita masih yang terkuat di ASEAN pada level 22,33 persen meski NPL kita masih kemungkinan ada kenaikan," ujarnya saat Media Breafing Virtual Bank Mandiri, Rabu (17/6).

Baca Juga

Kendati demikian, Andry mengkhawatirkan angka Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Berdasarkan catatanya, hingga kuartal satu 2020 NPL perbankan nasional sebesar 2,79 persen, sedangkan negara lain seperti India sebesar 9,10 persen, Thailand sebesar 2,99 persen, Filipina sebesar 2,2 persen dan Malaysia sebesar 1,57 persen.

“Proses cepat atau lambatnya penanganan Covid-19 di berbagai negara cukup mempengaruhi kinerja bisnis perbankan. Diharapkan di Indonesia dapat cepat dan terukur, sehingga tidak mengganggu ekonomi dan perbankan nasional,” ucapnya.

Dari sisi lain, Andry menyebut Indonesia dapat kembali membuka pintu lebar-lebar bagi para investor asing jika mampu meredam kasus Covid-19.

“Kalau kita lihat Mexico dan Latin Amerika countries seperti Argentina, Brasil ini memang jadi peluang kalau misalnya protokol kesehatan Indonesia bisa meredam Covid-19, investor akan semakin pede masuk ke Indonesia,” ucapnya.

Dia menilai langkah pemerintah dan Bank Indonesia sudah tepat mengeluarkan kebijakan fiskal melalui stimulus untuk menangkal ancaman pandemi terhadap sektor ekonomi.

“Saat kondisi seperti ini kalau responnya tidak tepat bayangan kami Indonesia tidak akan menjadi tujuan dari global flows,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement