Rabu 17 Jun 2020 15:25 WIB

Produsen Diingatkan Jangan Salahgunakan Label Halal

Konsumen sebaiknya menanyakan sertifikasi halal yang dikeluarkan LPPOM MUI

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Hiru Muhammad
label halal
Foto: Tahta Aidila/Republika
label halal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC) Sapta Nirwandar meminta produsen skala rumahan hingga industri tak menyalahgunakan label halal. Tujuannya menjaga kepercayaan konsumen Muslim baik di tingkat nasional maupun internasional.

Sapta menyebut pernah ada contoh kasus produk halal terbukti mengandung bahan haram setelah dilakukan penelitian. Produk itu langsung tak laku lagi dijual hingga dilakukan penarikan.

"Kalau tipu-tipu label halal bisa rugi, karena ketika ditemukan tidak halal maka penjualan hilang semua. Terutama untuk industri, karena mereka harus jaga kualitas, kecuali pedagang bakso pinggir jalan," kata Sapta dalam seminar virtual bertema new normal and Global Halal Lifestyle yang diadakan Universitas Maarif Hasyim Latif (Umaha) pada Rabu, (17/6).

Sapta mengakui logo halal MUI memang bisa dibuat oleh siapa saja. Sehingga konsumen sebaiknya menanyakan sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI)."Logo bisa dibuat gampang, makanya perlu sertifikasi ini sebagai bukti lebih kuat dan kredibel suatu produk halal," ujar Sapta.

Sapta menceritakan negara asing mulai menerapkan protokol ketat pada produk halal. Produk non halal tak dicampur dengan produk halal. "Misal produk kosmetik, coklat pakai gelatin babi karena murah. Yang tidak label halal (haram) baiknya diberi label juga seperti di supermarket biar jelas buat Muslim. Di Malaysia dibedakan ada green line (halal) dan yellow line (haram) jadi jangan dicampur," kata Sapta.

PIhaknya meminta produsen produk halal benar-benar memanfaatkan peluang pasar dari pandemi Corona. Sebab masyarakat dunia akan makin selektif memilih produk yang memenuhi aspek kebersihan.

"Orang-orang sekarang akan takut makan yang aneh-aneh sejak corona ini. Cina saja sudah melarang makan yang aneh-aneh. Makanan (produk) halal ini kesempatan karena betul-betul sehat. Ini masih ditambah lagi bidang produk fesyen dan wisata," kata Sapta. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement