Rabu 17 Jun 2020 14:49 WIB

Angin Kencang di NTT Dipicu Perbedaan Tekanan Udara

Angin kencang diperkirakan akan terjadi sampai Agustus mendatang.

Angin Kencang di NTT Dipicu Perbedaan Tekanan Udara
Foto: MgIt03
Angin Kencang di NTT Dipicu Perbedaan Tekanan Udara

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan perbedaan tekanan udara saat musim kemarau menjadi pemicu terjadinya angin kencang di wilayah Nusa Tenggara Timur.

"Angin kencang yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh karena adanya perbedaan tekanan udara saat musim kemarau. Posisi matahari sekarang berada di utara khatulistiwa maka tekanan udara di utara (Asia) akan lebih rendah, dibandingkan tekanan udara di selatan khatulistiwa (Australia)," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi El Tari, Agung Sudiono Abadi, Rabu (17/6).

Baca Juga

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan penyebab angin kencang di wilayah NTT saat ini. Menurut dia, kondisi saat ini di wilayah Australia, tekanan berkisar 1028-1030 Hpa, sedangkan di wilayah Asia berkisar tekanannya 1008-1010 Hpa.

"Berdasarkan hasil monitor, kecepatan angin maksimum yang tercatat di alat kami beberapa hari ini terjadi berkisar 22 knot hingga 27 knot atau sekitar 45-50 km/jam," katanya menjelaskan.

Selisih tekanan udara yang terjadi cukup besar itu akan meningkatkan dan menguatkan tarikan massa udara, dan kecepatan angin di sekitar Indonesia, khususnya di wilayah NTT dan sekitarnya yang secara geografis berdekatan dengan Australia.

"Kalau kita lihat dari sifat massa udara yang bergerak dari daerah yang memiliki tekanan udara tinggi menuju daerah yang memiliki tekanan lebih rendah, semakin tinggi selisih tekanan udara antara dua daerah, maka kecepatan gerak massa udara juga akan semakin tinggi," katanya.

Menurut dia, kondisi ini diperkirakan akan terjadi sampai bulan Agustus mendatang. Karena itu dia mengimbau masyarakat agar waspada dan lebih berhati-hati terhadap dampak langsung yang dapat ditimbulkan oleh angin kencang ini seperti robohnya papan reklame, baliho, dahan pohon tumbang/patah, dan dampak tidak langsung seperti meluasnya hot spot atau kebakaran lahan/hutan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement