Rabu 17 Jun 2020 10:53 WIB

Gunung Kidul Bangkitkan Kembali Produksi Bawang Putih Lokal

Pemkab Gunung Kidul menyiapkan 70 kilogram benih bawang putih untuk petani.

Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berupaya membangkitkan kembali produksi bawang putih lokal di wilayah ini yang hampir punah. Upaya itu dilakukan dengan memberikan bantuan benih kepada petani.
Foto: PKH
Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berupaya membangkitkan kembali produksi bawang putih lokal di wilayah ini yang hampir punah. Upaya itu dilakukan dengan memberikan bantuan benih kepada petani.

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berupaya membangkitkan kembali produksi bawang putih lokal di wilayah ini yang hampir punah. Upaya itu dilakukan dengan memberikan bantuan benih kepada petani.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnu Broto di Gunung Kidul mengatakan pihaknya berupaya agar bawang putih lokal tidak punah, sehingga komoditas ini masih bertahan di bumi Handayani. Pemerintah setempat menyiapkan 70 kilogram benih bawang putih untuk diberikan kepada petani.

Baca Juga

"Saat ini baru wilayah Kecamatan Playen mengembangkan bawang putih lokal. Kami berupaya untuk menawarkan ke kelompok tani yang lain," kata Bambang, Rabu (17/6).

Dia mengakui jika bawang putih lokal kalah bersaing dengan impor karena ukuran. Namun, dalam segi rasa, jauh lebih beraroma bawang putih lokal.

"Kami berupaya jangan sampai komoditas lokal seperti bawang putih punah dan memilih yang impor," kata Bambang.

Ia mengatakan bawang putih yang dikembangkan varietas Lumbu Putih asli Gunung Kidul, dan benihnya dari 35 kilogram sekarang menjadi 217 kilogram. Kelompok tani yang mengembangkan Gemah Ripah, Desa Logandeng, Playen.

"Sekarang berkembang dan ditanam di beberapa tempat di Gunung Kidul dan luar Gunungkidul seperti wilayah Sukoharjo, Jawa Tengah, meski belum banyak," katanya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Gemah Ripah, Sugiman (63) menceritakan, sejak lama hingga tahun 2000-an awal bawang putih varietas Lumbu Putih masih ditanam para petani di daerahnya. Saat itu, bawang putih lokal ini masih bertahan dari gempuran bawang putih impor meski dalam jumlah tak begitu besar.

Namun pada 2016, hujan deras hampir terjadi sepanjang tahun menyebabkan tanaman rusak dan umbi membusuk. Terjadi gagal panen dalam skala besar di lokasi penanaman di Bulak Suren Dusun Plembon Lor dan Bulak Belik Dusun Logandeng di Desa Logandeng.

Warga kemudian tidak menanam bawang putih, menggantinya dengan tanaman lainnya. Namun sejak beberapa tahun terakhir, warga setempat di antaranya Sungkono anggota kelompok tani Gemah Ripah memiliki 10 bungkul, dan Paidi dari Kelompok Tani Tani Maju dari Dusun Plembon Lor memiliki sekitar 15 bungkul benih.

Dari sisa-sisa benih itu kemudian dikembangkan. Sementara itu upaya pengumpulan dari anggota kelompok lain juga dilakukan. Dua tahun lalu dari dua kelompok tani terkumpul 35 kilogram bawang putih yang kemudian dijadikan benih. Saat dipanen dari 35 kilogram menjadi 217 kilogram.

"Saat ini, kami berusaha membangkitkan kembali komoditas bawang putih ditanam oleh petani," kata Sugiman.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement