Kamis 18 Jun 2020 08:46 WIB

Bisnis Surogasi: Kisah Perempuan Ukraina yang Sewakan Rahimnya

Ribuan perempuan Ukraina menjadi ibu pengganti. dengan imbalan tentunya.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Ribuan perempuan Ukraina menjadi ibu pengganti.  dengan imbalan tentunya.
Ribuan perempuan Ukraina menjadi ibu pengganti. dengan imbalan tentunya.

Alina Stachorska adalah satu dari sekitar 1.500 perempuan Ukraina yang pada tahun lalu menjadi ibu pengganti atau ibu surogasi dan memperbolehkan rahimnya disewa untuk membesarkan jabang bayi milik orang asing.

Perempuan berusia 32 tahun yang memiliki dua putra itu sudah tiga kali menjadi ibu pengganti. Alina pertama kali melahirkan bayi surogasi untuk pasangan dari Irlandia ketika itu usianya baru 21 tahun. Setelah itu, ia juga melahirkan anak untuk pasangan Jerman dan pasangan dari India.

Berbeda dari banyak ibu pengganti lainnya, Alina bersedia diwawancarai Deutsche Welle dengan menggunakan nama asli. Namun ia tidak mau bercerita tentang tentang bayaran yang ia terima. Topik ini dilarang oleh kontraknya. Namun, sebagaimana DW ketahui dari sumber lain, rata-rata ibu pengganti atau ibu surogasi di Ukraina menerima bayaran sebesar 15.000 euro atau sekitar Rp 238 juta. Berikut kisah Alina Stachorska.

Deutsche Welle: Bagaimana ceritanya sampai Anda bisa menjadi ibu pengganti?

Alina Stachorska: Pertama kali saya masih sangat muda. Saat itu hubungan dengan suami pertama saya tidak begitu baik. Saya harus meninggalkannya. Tetapi saya tidak punya apartemen untuk saya dan anak pertama saya yang saat itu berusia tiga setengah tahun.

Kami sempat tinggal bersama nenek saya selama enam bulan. Saya berusaha mencari pekerjaan, tetapi tidak punya pelatihan keterampilan. Lalu sebuah iklan tentang program surogasi menarik perhatian saya. Dengan uang yang saya dapatkan dari program ini saya bisa menyewa apartemen. Saya pergi untuk melakukan tes di klinik bersama anak saya. Dia menunggu di lorong klinik.

Apakah menjadi ibu pengganti sebuah keputusan yang sulit bagi Anda?

Saya tidak ragu sedikit pun karena saya tahu untuk apa saya melakukannya. Tentu saja saya takut. Saya pikir saya tidak akan lolos tes karena masih sangat muda. Tapi semuanya berjalan dengan baik dan saya melahirkan seorang anak. Kemudian yang kedua dan ketiga.

Apakah orang tua Anda tahu?

Iya. Mereka tinggal di Rusia. Ketika mereka pindah ke sana, saya tinggal bersama nenek saya di Kharkiv, tempat saya berasal.

Bagaimana reaksi mereka?

Baik. Tidak ada masalah sama sekali. Saya tidak menyembunyikan apa pun baik dari tetangga, teman maupun kerabat. Tentu saja ada yang berpikiran buruk tentang saya, bahwa saya menjual anak saya dan lainnya. Tetapi banyak teman saya, sekitar sepuluh hingga lima belas orang, juga kemudian berpartisipasi dalam program ini atas rekomendasi saya.

Sering orang mendengar bahwa seseorang memutuskan jadi ibu pengganti karena ingin membantu pasangan yang tidak memiliki anak. Sejujurnya, saya pergi ke sana (klinik) bukan sebagai Bunda Teresa yang ingin membantu pasangan lain. Niat utama saya adalah ingin menghasilkan uang. Itulah yang sebenarnya. Saya masih memiliki kontak dengan orang tua para bayi dan mereka sangat berterima kasih kepada saya. Dan saya senang bisa membantu mereka. Tetapi saya terutama mementingkan tujuan saya sendiri.

Tidak berpikir bahwa surogasi adalah bentuk eksploitasi perempuan?

Jika seorang perempuan memutuskan untuk melakukannya, dia tahu mengapa dia melakukannya. Saya diberi jumlah uang yang akan dihasilkan dan saya tahu apa yang bisa saya beli dengan uang itu. Saya tidak melihat adanya eksploitasi di sini.

Anda pakai untuk apa saja uang itu?

Setelah jadi ibu pengganti pertama, saya membayar setengah dari harga apartemen dengan tiga kamar. Saat kehamilan kedua, saya membayar separuh harga apartemen dua kamar. Saya kemudian menjual kedua apartemen itu dan membeli apartemen satu kamar, yang kemudian saya jual lagi. Lalu ketika saya mendapatkan uang untuk jadi ibu pengganti yang ketiga kali, kami dapat membeli rumah di Kharkiv dan dua mobil. Selain cara ini saya tidak bisa menghasilkan banyak uang selama bertahun-tahun.

Apakah menurut Anda menjadi ibu pengganti itu berat secara fisik maupun mental?

Pertama kali terasa sulit. Saya mengalami mual selama kehamilan, tidak bisa kemana-mana dan punya anak kecil. Saya hanya bisa duduk di rumah. Namun kali kedua dan ketiga saya tahu apa yang akan terjadi. Itu jadi lebih mudah bagi saya. Satu-satunya hal yang tidak menyenangkan adalah Anda harus sering pergi ke klinik untuk melakukan tes dan diberi suntikan. Saya tidak takut mengambil darah, tetapi saya takut disuntik.

Suntikan untuk apa?

Hormon. Anda disuntik progesteron.

Apakah ada batasan selama kehamilan sebagai ibu pengganti?

Anda harus menjaga diri dan makan dengan baik. Anda dapat melakukan apa saja selain seks, merokok, dan minum.

Apa pendapat suami tentang semua ini?

Kami telah menikah selama empat tahun. Saat kami menikah, saya juga pernah menjadi ibu pengganti. Suami saya sangat menentangnya. Tetapi saya katakan kepadanya bahwa tidak ada cara lain. Upahnya sebagai tukang kunci tidak teratur. Karena kami memiliki seorang putra, saya tidak bisa pergi bekerja. Tetapi apartemen harus dibayar dan kami harus makan.

Ketika saya sudah merampungkan pemeriksaan dan tidak juga menyerah, dia akhirnya melunak. Tetapi sulit baginya melihat saya mengandung anak orang lain. Dia mau punya anak perempuan, tetapi saya tidak menginginkan anak lagi. Saya sudah punya dua anak lelaki, itu cukup. Tetapi dia juga pasrah akan hal itu. Dia sekarang memiliki mobil dan merasa nyaman.

Apa ada konflik lain?

Umumnya tidak. Setiap kali saya perlu melakukan ultrasound, dia mengantar saya. Kalau saya mengidam nanas atau delima di malam hari, dia membawakan semuanya untuk saya. Dia bersikap seolah-olah itu adalah kehamilan anak kami sendiri.

Apa ada perbedaan perasaan selama Anda mengandung anak sendiri dan anak orang lain?

Ya. Saya merasa bahwa mereka bukan anak-anak saya, tetapi saya juga memperlakukan mereka dengan benar, sebagaimana mestinya. Misalnya, selama menjadi ibu pengganti yang ketiga, ayah anak yang berasal dari India mengirimi saya lagu-lagu yang ia nyanyikan dalam bahasanya sehingga saya bisa memutarkannya untuk anak itu. Saya akui saya melakukannya sekali atau dua kali sebulan, tidak setiap hari.

Saya berbicara kepada anak-anak saya sendiri. Itu sangat berbeda. Di sini saya tahu bahwa saya harus menggendong anak itu dan menyerahkannya. Itu saja. Sejujurnya, saya tidak punya perasaan cinta.

Bahkan juga setelah melahirkan?

(Berpikir sejenak) Sewaktu pertama kali saya melihat anak yang terakhir, ia berada di bangsal anak-anak. Saya baru saja menandatangani dokumen dan pada saat itu bocah itu menangis. Tidak ada perawat atau dokter yang menemuinya, mereka sibuk menangani saya dan dokumen-dokumen ini. Mereka juga tidak bergegas menenangkannya.

Entah bagaimana saya merasa kasihan kepadanya dan ingin memeluknya. Tapi saya diminta pergi. Maka tentu saja saya menangis sedikit. Itu sulit.

Kemudian, ketika kami sudah diperbolehkan meninggalkan klinik, saya dan suami mengunjungi orang tua anak itu. Mereka menyewa sebuah apartemen di Kharkiv. Di sana saya memeluk bocah itu. Tangan saya mulai berkeringat dan menggigil. Saya langsung mengembalikannya kepada ayahnya. Dan suami saya bilang sebaiknya kita pulang.

Apakah anak-anak Anda sendiri tahu tentang anak-anak lain yang Anda kandung?

Yang lebih muda belum mengerti itu, umurnya belum juga empat tahun. Yang sulung tahu. Dia tidak ingat waktu pertama saya menjadi ibu pengganti karena masih kecil. Namun saat menjadi ibu pengganti yang kedua, dia dapat mengingat orang tua bayi yang saya kandung karena mereka datang mengunjungi kami dan membawanya hadiah. Dia tahu saya hamil dan dia tahu alasannya.

Apakah Anda masih menjalin kontak dengan semua orang tua anak-anak ini?

Selama ibu pengganti yang pertama, saya bertemu ibu bayi hanya setelah melahirkan. Dia berasal dari Irlandia. Kami tidak memiliki kontak. Tapi saya punya kontak dengan orang tua lain. Pada 2013 saya menjadi ibu pengganti kedua dan melahirkan anak laki-laki untuk sebuah keluarga dari Jerman. Kami berkirim pesan lewat WhatsApp. Pada bulan Oktober, mereka mengunjungi Kharkiv setelah tujuh tahun. Mereka ingin menunjukkan kepada anak lelaki itu di mana dia dilahirkan dan memperkenalkan saya kepadanya. Tetapi ibu anak itu tidak berani mengatakan kepada anaknya tentang siapa saya. Saya dikenalkan sebagai seorang teman.

Bagaimana rasanya melihat anak itu? Apakah Anda memiliki perasaan seperti terhadap putra Anda sendiri?

Tidak. Saya tahu dia bukan anak saya. Tetapi ketika saya pergi bertemu dengannya, saya menangis karena tidak tahu bagaimana sebaiknya bersikap.

Apa Anda juga diundang ke Jerman?

Mereka mengundang saya, tetapi entah bagaimana saya tidak berani. Dan bayi lelaki yang saya lahirkan untuk pasangan dari India baru berusia lima bulan. Sang ayah terus-menerus mengirimkan saya foto dirinya melalui WhatsApp. Dan saya berharap mereka bahagia dan selalu sehat.

Anda bersedia menjadi ibu pengganti untuk keempat kalinya?

Itu saya mau. Terlepas dari usia dan jumlah kelahiran, jika saya masih dipertimbangkan, saya siap untuk melakukannya. Terakhir kalinya.

Wawancara dilakukan oleh Mykola Berdnyk (ae/pkp)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement