Kamis 18 Jun 2020 05:11 WIB

Mimpi Seorang Istri (Bagian Kedua-Habis)

Yah, perempuan itu, pinta sang istri.

suami dan istri (ilustrasi)
Foto:

Nugroho menatap istrinya dengan tatapan penuh ketakutan seperti mata tikus bertemu mata kucing. Tapi tikus bisa lari sedangkan Nugroho terpaku ke kursi makan.

Sejenak Nugroho menghela nafas panjang. “Aku tidak menikahinya…” jawab Nugroho, sambil ganti menatap mata istrinya.

Istrinya tidak terlihat emosi, dia tetap tenang dan baik-baik saja. Padahal bagi suami istri lain permbicaraan seperti ini adalah awal perang dunia.

“Aku tidak pernah mimpi sejelas itu sepanjang hidupku, baru kemarin itu saja, semua begitu jelas terlihat dan tergambar,” Indriyani kembali berkata.

“Mas, perkawinan kita ini begitu sempurna, aku berbahagia hidup bersamamu sepanjang perjalanan waktu ini, tetapi ada banyak perempuan yang tidak bisa sebahagia kita, mereka punya bermacam masalah yang tidak mampu mereka selesaikan sendiri,” Indriyani berkata lirih.

Nugroho mendengarkan dengan jantung yang semakin keras berdebar. “Aku mungkin hidup panjang umur tapi juga mungkin pendek umur, tidak ada yang tau soal umur kita, tidak ada yang menjamin kita hidup sebulan lagi atau setahun atau sepuluh tahun lagi.”

Nugroho tetap mendengarkan istrinya bekata. “Besok bawa aku kepadanya Mas, kenalkan aku kepadanya. Aku ingin berbagi kebahagiaan dengan perempuan itu, perempuan sederhana yang hadir di mimpiku,” istrinya terhisak, menahan tangis.

Nugroho bangkit dari duduknya sigap, dan segera memeluk istrinya dengan dekapan yang dia rasakan paling penuh cinta, air matanya tak terasa mengalir, semakin deras. Mereka berpelukan lama sekali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement