Selasa 16 Jun 2020 15:08 WIB

Pengamat: Nilai Ekspor Pertanian Masih akan Tumbuh Positif

Selama Januari-Mei, hanya sektor pertanian yang tumbuh khususnya buah-buahan

Pekerja menata sayuran sawi hasil panen yang melimpah di Tumpang, Malang, Jawa Timur, Senin (1/6/2020). Kementerian Pertanian mencatat melimpahnya produksi sayuran yang terjadi di saat pandemi COVID-19 justru membuka peluang untuk ekspor sehingga bisa meningkatkan neraca perdagangan komoditas pertanian yang pada periode Januari-Maret 2020 sudah mengalami surplus 164 juta dollar AS terhadap China
Foto: ANTARA/ARI BOWO SUCIPTO/
Pekerja menata sayuran sawi hasil panen yang melimpah di Tumpang, Malang, Jawa Timur, Senin (1/6/2020). Kementerian Pertanian mencatat melimpahnya produksi sayuran yang terjadi di saat pandemi COVID-19 justru membuka peluang untuk ekspor sehingga bisa meningkatkan neraca perdagangan komoditas pertanian yang pada periode Januari-Maret 2020 sudah mengalami surplus 164 juta dollar AS terhadap China

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pangan sekaligus Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Pertanian (FP) Universitas Brawijaya, Sujarwo, mengatakan bahwa kenaikan lalu lintas ekspor pertanian berpotensi meningkat lebih tajam lagi jika agregat supply pertanian ikut meningkat.

Menurut dia, diperlukan sentuhan teknologi dan observasi supaya peluang pasar yang tersedia bisa dimanfaatkan dengan baik."Aspek sustainabilitas supply juga menjadi penting untuk terus di kelola dengan baik sehingga supply chain dapat mengalir dengan risiko lebih rendah serta didukung kekuatan modal sosial dari hulu sampai hilir," ujar Sujarwo, Selasa, (16/6).

Sujarwo mengatakan, kelembagaan petani yang berada di daerah-daerah sudah menunjukan kemajuan yang luar biasa, namun masih sangat perlu untuk dikembangkan. Sehingga economies of scale dan perencanaan produksi dapat dioptimalkan dengan matang.

"Networking pasar dan kebutuhan spesifik pasar atas produk pertanian juga menjadi faktor penting. Jika produksi pertanian dapat menyesuaikan tarikan demand dengan baik maka kemajuan pertanian dan kemakmuran petani menjadi lebih dekat lagi direalisasikan," katanya.

Oleh karena itu, Sujarwo menyebut keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia harus diolah menjadi keunggulan kompetitif teknologi, efisiensi (scale) dan kualitas (daya saing). Dengan pengolahan yang baik, maka sumber daya pertanian akan mampu berdaya saing dan memiliki nilai tambah.

"Saya berharap semoga Indonesia dapat berpartisipasi aktif mengeradikasi hunger and poverty (SDGs) dan berpartisipasi aktif bagi pengurangan kelaparan di dunia," ujarnya.

Perlu diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis selama Januari hingga Mei 2020, hanya sektor pertanian yang pertumbuhannya meningkat sebesar 5,63 persen. Peningkatan terjadi lantaran ekspor buah-buahan tahunan berada dalam posisi positif.

Selain itu, Sujarwo juga turut mengomentari terkait kenaikan upah buruh tani pada Mei 2020 menjadi Rp 55.396. Kata Sujarwo, kenaikan upah buruh tani secara general meningkat karean efek living standard secara makro yang juga ikut meningkat. Adapun angka tersebut naik sebesar 0,14 persen dibandingkan April 2020.

"Penting untuk menjaga margin produksi agar tidak menurun. Karena bisa menurunkan kesejahteraan petani dan alih fungsi lahan semakin sulit dikendalikan," katanya.

Untuk itu, Sujarwo berharap intervensi pemerintah mampu dimaksimalkan agar semakin menguatkan petani dalam pengembangan Sumber Daya Manusia, kelancaran informasi, dan juga stimulasi produksi dalam jangka pendek maupun panjang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement