Rabu 17 Jun 2020 04:35 WIB

Muslim AS Tuntut Reformasi Polisi Usai Kematian George Floyd

Muslim AS menyatakan dukungan pada organisasi yang dipimpin oleh orang kulit hitam.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Muslim AS Tuntut Reformasi Polisi Usai Kematian George Floyd. Demonstran Muslim AS sholat berjamaah sebelum bergabung dalam protes menentang rasialisme yang menewaskan pria kulit hitam George Floyd di Miami, Florida, AS.
Foto: AP Photo/Wilfredo Lee
Muslim AS Tuntut Reformasi Polisi Usai Kematian George Floyd. Demonstran Muslim AS sholat berjamaah sebelum bergabung dalam protes menentang rasialisme yang menewaskan pria kulit hitam George Floyd di Miami, Florida, AS.

REPUBLIKA.CO.ID, MINNEAPOLIS -- Setelah kematian pria kulit hitam George Floyd di tangan polisi kulit putih, belasan organisasi Muslim di Amerika Serikat juga turut bergabung dalam aksi demonstrasi. Mereka menyerukan reformasi atas praktik kepolisian dan menyatakan dukungan pada organisasi yang dipimpin oleh orang kulit hitam.

Sebuah koalisi yang ditandatangani oleh lebih dari 90 organisasi agama dan komunitas, advokasi, dan hak sipil, merilis pernyataan pada Senin (15/6). Dalam pernyataan itu dikatakan, bahwa pengorbanan (menjadikan korban) Muslim kulit hitam yang tidak bersenjata memiliki sejarah panjang dan meresahkan.

Baca Juga

"Sebagai Muslim Amerika, kita akan memanfaatkan keberagaman, kekuatan, dan ketahanan kita untuk menuntut reformasi ini karena nyawa orang kulit hitam itu berarti (Black Lives Matter)," demikian pernyataan koalisi tersebut, dilansir di Aljazirah, Selasa (16/6).

Dalam pernyataan mereka, koalisi tersebut mengusulkan perubahan, termasuk melarang profil rasial dan manuver yang membatasi aliran darah atau oksigen ke otak, seperti chokehold (piting leher), yang belakangan mencuat karena kasus kematian Floyd. Selain itu, koalisi ini juga meminta agar hukum lebih mudah bagi jaksa penuntut untuk meminta pertanggungjawaban penegakan hukum, dan mengarahkan kembali pendanaan polisi kepada program kesehatan masyarakat, pendidikan, pekerjaan dan perumahan.

Koalisi itu juga menyerukan pembentukan standar federal yang menggunakan kekerasan agar dicadangkan sebagai sebuah upaya terakhir, hanya jika benar-benar diperlukan dan setelah menghabiskan semua opsi yang masuk akal. Direktur Eksekutif Muslim Advocates yang juga salah satu pendukung pernyataan koalisi, Farhana Khera, mengatakan tuntutan itu merupakan dasar bagi kelompok mereka. Beberapa pihak akan menyerukan tuntutan lebih banyak.

"Kami juga mendesak semua Muslim Amerika memanggil anggota Kongres mereka sekarang dan menuntut tanggapan yang lebih kuat dari mereka," kata Khera.

Seperti anggota kelompok agama lain, banyak Muslim di AS yang bergabung dalam aksi protes pascakematian Floyd. Pria kulit hitam yang tak bersenjata itu tewas setelah seorang perwira polisi kulit putih di Minneapolis, kota di Minnesota, menekan satu lutut ke leher Floyd.

Sejumlah kelompok dari berbagai denominasi lintas agama secara terbuka menyerukan aksi melawan rasisme dan menyatakan tujuan sejalan dengan para demonstran damai. Dalam berbagai protes jalanan, terdapat pernyataan, khotbah, dan webinar dari Muslim AS yang bersatu menentang rasialisme dan membahas reformasi.

Direktur legislatif Emgage Action dan juga salah satu penandatangan pernyataan itu, Iman Awad, mengatakan organisasi Muslim Amerika berkomitmen mengadvokasi di semua tingkatan guna mengakhiri penggunaan kekuatan yang berlebihan yang telah menyebabkan kematian terhadap banyak orang kulit hitam Amerika.

"Pesan kami adalah kami akan terus berjuang, tetapi yang paling penting mengangkat pekerjaan yang dilakukan oleh para pemimpin kulit hitam kita," kata Awad.

Muslim di Amerika beragam secara etnis dan ras. Karena itu, kematian Floyd juga telah menghidupkan kembali pembahasan tentang perlakuan dan representasi Muslim Hitam di komunitas agama mereka sendiri.

Presiden Muslim Wellness Foundation, Kameelah Rashad, mengatakan ia berharap dan berbesar hati dengan jumlah dan keragaman dari kelompok yang telah menandatangani pernyataan menuntut reformasi polisi di AS tersebut. Setidaknya, kata dia, ada pengakuan bahwa mereka secara keseluruhan tidak lagi dapat memisahkan Islamofobia, rasialisme anti-kulit hitam, pengawasan dan kekerasan. Ia lantas menekankan kini saatnya untuk bertindak.

"Orang-orang berdamai dengan gagasan yang berarti perjuangan kita saling terkait. sangat penting bahwa Muslim non-kulit hitam mengembangkan penghargaan terhadap ketahanan dan perlawanan dari orang kulit hitam," kata Rashad.

Dalam pernyataan yang dibuat koalisi berbagai organisasi Muslim itu mengatakan orang kulit hitam kerap terpinggirkan dalam komunitas Muslim yang lebih luas. Ketika mereka menjadi korban kekerasan polisi, Muslim non-kulit hitam terlalu sering diam, yang mengarah pada keterlibatan semacam itu. Karena itu, Awad mengatakan bahwa ke depan komunitas Muslim Amerika harus memberi ruang bagi organisasi yang dipimpin orang kulit hitam.

"Kita harus berkomitmen memiliki posisi kepemimpinan yang mencerminkan keragaman komunitas agama kita. Kami tidak bisa sukses sampai semua suara diwakili di semua tingkatan dalam struktur organisasi kami dan komunitas kami harus melakukan yang lebih baik," katanya.

Selain itu, pernyataan koalisi itu juga mengatakan tuntutan hanya mewakili 'uang muka (awal)' atas reformasi yang diperlukan. Jika diskriminasi yang mendalam itu tidak dapat dihilangkan melalui reformasi, dikatakan maka sistem di sana perlu dihapuskan dan dibayangkan kembali seluruhnya.

Sumber: https://www.aljazeera.com/news/2020/06/muslims-join-calls-police-reforms-wake-floyd-killing-200615151310921.html

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement