Senin 15 Jun 2020 12:27 WIB

BMKG Pasang 18 Alat Deteksi Gempa dan Tsunami di Jabar

Alat deteksi ini untuk meningkatkan penyebaran informasi seputar gempa bumi dan tsuna

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Agus Yulianto
Alat pendeteksi gempa
Foto: Wikipedia
Alat pendeteksi gempa

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung memasang 18 alat Warning Receiver System New Generation (WRS New Generation) atau deteksi gempa dan tsunami di 18 kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Jawa Barat. Kantor yang belum terpasang akan dipasang secara bertahap ke depan.

Alat yang sudah terpasang di Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Subang, Purwakarta, Banjar, Karawang, Indramayu dan Tasikmalaya. Selanjutnya di Cirebon, Bogor, Bandung, Ciamis, Sumedang, Depok, Kabupaten Bandung Barat dan Kuningan.

Kepala BMKG Bandung, Tony Agus Wijaya mengatakan, pemasangan alat deteksi dilakukan untuk meningkatkan penyebaran informasi seputar gempa bumi dan tsunami. Menurutnya, seluruh alat sudah terpasang periode Mei dan Juni 2020.

"Alat tersebut dapat dimanfaatkan BPBD untuk menerima informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dari BMKG dengan cepat dan otomatis serta komunikasi yang stabil dengan satelit," ujarnya melalui keterangan pers, Senin (15/6).

Menurutnya, WRS generasi terbaru memiliki nama yaitu “WRS NewGen” berbeda dengan WRS sebelumnya. WRS NewGen memberikan informasi gempa bumi secara cepat karena bersifat “real time" otomatis dari BMKG.

"WRS NewGen dapat menyajikan informasi dalam waktu kurang dari 3 menit bahkan bisa dalam waktu 2 menit setelah terjadi gempabumi," katanya.

Dia mengungkapkan, peralatan tersebut terdiri dari display TV layar sentuh 55 inchi, parabola dan modem untuk komunikasi Satelit. Menurutnya, wilayah Jawa Barat daerah yang memiliki potensi gempa bumi dan tsunami.

Katanya, potensi gempa dan tsunami di Jawa Barat yaitu 2 jenis sumber gempa, sumber gempa di daerah subduksi di Laut Selatan Pulau Jawa dan sumber gempa di darat dari sesar aktif. Ia mengatakan  kondisi tektonik yang kompleks maka gempa dapat terjadi kapan saja dengan berbagai variasi magnitudo dan kedalaman. 

Tony menambahkan, hasil monitoring BMKG menunjukkan selama periode 2008-2019, rata-rata dalam setahun terjadi gempa sebanyak 5.818 kali. Gempa signifikan dengan magnitudo di atas 5,0 sebanyak 347 kali dan 2 tahun sekali terjadi gempa berpotensi tsunami.

Menurutnya, sejak tahun 2008 BMKG sudah memasang sebanyak 275 peralatan WRS. Namun, peralatan WRS masih dibutuhkan pemerintah daerah dan kantor lembaga/kementerian terkait sehingga pada tahun 2020, BMKG memasang WRS generasi terbaru di 315 lokasi. 

Diharapkan dengan alat tersebut maka upaya mitigasi bisa dilakukan cepat sehingga dapat mengurangi korban jiwa dan dampak gempa lainnya secara dini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement