Senin 15 Jun 2020 10:24 WIB

Macron Janjikan Warga Prancis Hidup Normal

Macron berjanji menyelamatkan sebanyak mungkin pekerjaan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Macron Janjikan Warga Prancis Hidup Normal. Presiden Prancis Emmanuel Macron dan istrinya Brigitte Macron.
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Macron Janjikan Warga Prancis Hidup Normal. Presiden Prancis Emmanuel Macron dan istrinya Brigitte Macron.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan, warga Prancis akan mulai kembali bisa melakukan kegiatan hidup secara normal, Ahad (14/6). Dia menyinggung tentang pembukaan kembali hampir semua sektor pada Senin (15/6).

"Kita akan mendapatkan kembali cara hidup kita, selera kita akan kebebasan," kata Macron.

Baca Juga

Pembatasan kegiatan akibat penyebaran virus corona mulai berkurang secara bertahap pada 11 Mei, setelah dua bulan penerapan yang ketat. "Dengan kata lain, kita akan menemukan kembali Perancis sepenuhnya lagi," ujar Macron.

Restoran di wilayah Paris akan diizinkan menerima tamu dalam ruangan mulai Senin. Sebelumnya, tamu hanya diperbolehkan makan di tempat pada area luar ruangan saja.

Macron berjanji menyelamatkan sebanyak mungkin pekerjaan dari kehancuran dan menempatkannya menjadi prioritas utama. Perkiraan pekan lalu dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan, menunjukkan ekonomi Prancis akan lebih menderita pada resesi mendatang.

Ekonomi diperkirakan akan menyusut setidaknya 11 persen persen tahun ini, mendorong banyak orang keluar dari pekerjaan. Kondisi ini akan merusak tujuan Macron mengurangi pengangguran, menyusun kembali sistem pensiun, dan membuat Prancis lebih kompetitif secara global.

Prancis membuka kembali perbatasan dengan negara-negara Eropa lainnya di tengah malam dan akan mulai mengizinkan pengunjung dari benua lain pada 1 Juli. "Puluhan ribu jiwa telah diselamatkan oleh pilihan kita, tindakan kita," kata Macron.

Meskipun memiliki salah satu sistem perawatan kesehatan terbaik di dunia, Prancis sangat kekurangan semua jenis masker dan kapasitas pengujian sehingga kewalahan di bangsal perawatan intensif pada Maret. Lebih dari 80 tuntutan hukum telah diajukan dengan tuduhan pemerintah melakukan pembunuhan, pengabaian, atau salah penanganan krisis virus.

Macron mengirim pasukan untuk membantu dan memerintahkan tindakan lockdown ketat yang memperlambat penyebaran. Namun, hampir 30 ribu orang telah meninggal, sekitar setengahnya penghuni panti jompo, dan lebih dari 150 ribu telah terinfeksi. Menurut Badan Kesehatan Nasional, lebih dari 200 kluster virus baru telah muncul sejak Prancis mulai dibuka kembali 11 Mei.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement