Senin 15 Jun 2020 00:25 WIB

Pasar Modal Syariah Lebih Kebal di Tengah Pandemi

Resistensi instrumen syariah lebih less volatile dibanding saham konvensional.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Agus Yulianto
Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi bersama Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Bambang Prijambodo, Direktur IT BRI Indra Utoyo.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi bersama Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Bambang Prijambodo, Direktur IT BRI Indra Utoyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar modal syariah disebut lebih kebal terhadap pandemi Covid-19. Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Bambang Prijambodo menyampaikan dampak Covid-19 sangat terasa ke semua instrumen pasar modal,  tapi instrumen syariah lebih kebal pada pandemi.

"Resistensi instrumen syariah lebih less volatile dibanding saham konvensional, lebih stabil," katanya dalam Webinar Potensi Pasar Modal Syariah KNEKS, beberapa waktu lalu.

Di instrumen saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan titik terendah dalam lima tahun terakhir di level 3.938. IHSG kini sudah meningkat kembali ke posisi 4.910 per 19 Juni 2020. Net sell mencapai Rp 637,2 miliar di pasar saham.

Bambang mengatakan zona merah hampir terjadi semua sektor. Namun jika melihat kapitalisasi pasar saham dan kinerja pasar saham, indeks syariah lebih tahan dan mencatat kinerja yang lebih baik dari saham konvensional.

Kapitalisasi pasar saham syariah secara year to date (ytd) tercatat -22,39 persen sementara konvensional sebesar -23,55 persen. Kinerja pasar saham syariah (ytd) tercatat -16,33 persen dan saham konvensional jatuh lebih dalam sebesar -20,60 persen.

Pada instrumen surat utang, sukuk juga terpantau lebih tahan dibanding obligasi. Berdasarkan data Indonesia Composite Index, perbandingan pasar sukuk dan konvensional menunjukkan yield pasar sukuk turun 2,5 persen, sementara obligasi turun lebih dalam yakni 4,46 persen.

Di pasar reksa dana juga demikian. Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk reksa dana syariah, campuran dan pendapatan tetap terpantau turun dalam tiga bulan terakhir. NAB reksa dana syariah meningkat pada Februari 2020 dan turun kembali pada Maret 2020. Penurunan tercatat satu persen, sementara NAB konvensional turun lebih dalam sebesar 10 persen.

"Dengan bertambahnya risiko, para investor lebih memilih mengalihkan dana investasi dari yang berisiko ke investasi yang lebih aman," katanya.

Investor juga lebih memilih menarik dananya sementara dan bahkan berhenti investasi sama sekali sampai kembali normal. Padahal, seharusnya Covid-19 tidak menjadi penghalang dalam berinvestasi.

Ia menyarankan, agar investor melakukan valuasi kembali nilai ekonomi dengan cermat. Pilih juga sektor yang diproyeksi bisa jadi unggulan. Investor harus mencari tahu kembali tips-tips untuk memilih emiten yang aman. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement