Kamis 11 Jun 2020 18:42 WIB

Bisnis Oleh-Oleh di Padang Mulai Berproduksi Kembali

Semua karyawan di toko oleh-oleh bekerja dengan mematuhi protol kesehatan.

Pekerja menggunakan pelindung wajah saat mengolah dan mengemas oleh-oleh kripik balado di dapur Christine Hakim, Padang, Sumatera Barat, Senin (8/6/2020). Usaha kripik balado yang dijual sebagai oleh-oleh khas Padang tersebut mulai berproduksi kembali menjelang diberlakukannya masa normal baru di kota itu.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Pekerja menggunakan pelindung wajah saat mengolah dan mengemas oleh-oleh kripik balado di dapur Christine Hakim, Padang, Sumatera Barat, Senin (8/6/2020). Usaha kripik balado yang dijual sebagai oleh-oleh khas Padang tersebut mulai berproduksi kembali menjelang diberlakukannya masa normal baru di kota itu.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Bisnis oleh-oleh di Padang, keripik balado, kembali berproduksi pada masa transisi menuju era kenormalan baru.

"Saat ini kami sudah mulai produksi keripik balado, namun baru di toko Christine Hakim Idea Park (CHIP) di Jalan Adinegoro," kata pemilik usaha keripik balado Christine Hakim di Padang, Kamis (11/6).

                               

Christine mengatakan, ke depan semua karyawannya akan bekerja lagi seperti biasa dengan mematuhi protokol kesehatan Covid-19 yakni memakai masker dan menggunakan hand sanitizer. Karyawan di bagian penggorengan akan menggunakan alat pelindung wajah.

Dia menyebut, sejak pandemi Covid-19 hampir tiga bulan lebih tokonya tidak memproduksi keripik balado. "Sejak Februari lalu, kami memutuskan untuk tidak memproduksi keripik balado karena kurangnya pesanan," kata dia.

                               

Sebagian karyawannya terpaksa dirumahkan. Akan tetapi gaji mereka tetap dibayar walau hanya setengah. Sebagian karyawan lain tetap bekerja seperti biasa.

Sebelum pandemi Covid-19, peminat keripik balado cukup banyak. "Apalagi saat hari libur karena banyak wisatawan yang berkunjung ke Padang dan memesan keripik balado sebagai oleh-oleh," kata dia. Oleh-oleh keripik balado tersebut dijual seharga Rp 45 ribu per kemasan dengan berat 500 gram.

                             

Biasanya, sebelum pandemi dia mampu memproduksi keripik balado hingga 150 kilogram per hari atau sekitar 10 karung singkong. "Dan penjualannya juga laris hari itu juga," kata dia.

                               

Dia mengatakan keunggulan keripik balado miliknya yaitu menggunakan minyak kelapa pilihan yang sudah ada sejak zaman Belanda, singkong berkualitas, dan cabai yang bagus.

                               

"Ini membuat keripik balado menjadi gurih dan tahan lama, bahkan keripik ini tahan selama enam hingga delapan bulan, jadi masih bisa konsumsi," ujarnya.

                               

Usaha keripik balado tersebut sudah dimulai sejak 30 tahun lalu. Awalnya dia hanya sekadar membantu saudaranya dan akhirnya memutuskan untuk membuka usaha sendiri."Akhirnya bisa sukses, punya toko sendiri, dan pesanan terus meningkat sehingga bisa membantu saudara membuka usaha bersama," kata dia.

                               

Selain keripik balado, dia juga memproduksi rendang yang dimulai sejak 10 tahun lalu. Rendang suwir dijual Rp 65 ribu per kemasan dan rendang biasa Rp 60 ribu per kemasan dengan berat 300 gram.

"Untuk rendang ini juga banyak diminati, bahkan bisa tahan hingga dua pekan," ujarnya.

                               

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement