Kamis 11 Jun 2020 17:39 WIB

Asosiasi Emiten: New Normal Hidupkan Roda Perekonomian

Era new normal bisa jadi peluang bagi Indonesia mengambil peran di perdagangan dunia.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Aktifitas bongkar muat peti kemas saat pagi di Jakarta International Container Terminal, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, ilustrasi. Era new normal jadi peluang bagi Indonesia dalam mengambil peran dalam perdagangan global.
Foto: Republika/ Wihdan
Aktifitas bongkar muat peti kemas saat pagi di Jakarta International Container Terminal, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, ilustrasi. Era new normal jadi peluang bagi Indonesia dalam mengambil peran dalam perdagangan global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) memyambut positif kebijakan new normal yang diberlakukan oleh pemerintah. Dengan kebijakan tersebut, asosiasi menilai kegiatan bisnis perusahaan bisa bangkit kembali secara perlahan sehingga dapat menghidupkan roda perekonomian.

Ketua Umum AEI, Fransiscus Welirang, mengakui Pembatan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlangsung selama hampir tiga bulan sangat memberatkan dunia usaha. "Perlambatan aktivitas karena PSBB bagi sebagian perusahaan sangat berdampak pada kondisi keuangannya," kata pria yang akrab disapa Franky ini, Kamis (11/6).

Baca Juga

Menurut Franky, era new normal bisa menjadi peluang yang besar bagi Indonesia untuk mengambil peran dalam peta perdagangan global. Pasalnya, sumber pasokan dunia yang sebelumnya dikuasai oleh China, kini telah bergeser ke beberap negara lain.

"Kita berpeluang untuk menjadi bagian dari kue global supply chain tersebut," tutur Franky.

Untuk itu, Franky menegaskan, Indonesia harus berbenah agar menarik bagi investor. Menurutnya, relaksasi pajak pemerintah seharusnya diikuti oleh pembenahan dari sisi kepastian hukum investasi serta iklim usaha yang sehat.

Franky menilai, Indonesia masih cukup menarik bagi investor dengan pertumbuhan ekonomi sebagai daya tarik. Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan yang positif pada kuartal I 2020 yaitu sebesar 2,97 persen secara year on year (yoy).

Menurut Franky, pertumbuhan Indonesia tersebut jauh lebih baik dari sejumlah negara maju seperti China, Singapura dan Amerika Serikat. Bahkan  adanya stimulus fiskal dapat meningkatkan perekonomian secara perlahan dikuartal III.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement