Kamis 11 Jun 2020 16:22 WIB

Gereja Ortodoks Rusia Kritik Rencana Turki Atas Hagia Sophia

Gereja Ortodoks Rusia menentang Hagia Sophia menjadi masjid.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Gereja Ortodoks Rusia Kritik Rencana Turki Atas Hagia Sophia. Kawasan Hagia Sophia terlihat kosong di masa pandemi Covid-19 di Istanbul, Turki pada 3 Mei 2020.
Foto: Anadolu/Mehmet Eser
Gereja Ortodoks Rusia Kritik Rencana Turki Atas Hagia Sophia. Kawasan Hagia Sophia terlihat kosong di masa pandemi Covid-19 di Istanbul, Turki pada 3 Mei 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Rencana Turki mengubah museum Hagia Sophia menjadi masjid mengundang kritikan dari Gereja Ortodoks Rusia. Mereka menyampaikan penentangan terhadap usulan mengubah bangunan bersejarah di Turki itu menjadi sebuah tempat ibadah.

Mereka menyatakan, langkah tersebut dapat memicu ketegangan antaragama. "Setiap upaya mengubah status museum Katedral Hagia Sophia akan mengarah pada perubahan dan pelanggaran keseimbangan antaragama yang rapuh," kata kepala Hubungan Gereja Eksternal di Gereja Ortodoks Rusia, Metropolitan Hilarion, seperti dikutip oleh Orthodox Times, dilansir di Al Araby, Kamis (11/6).

Baca Juga

Hilarion juga menyuarakan keprihatinan transformasi Hagia Sophia menjadi masjid berarti akan membatasi akses untuk pengunjung dari agama lain. Ia menegaskan Hagia Sophia harus tetap menjadi museum.

"Gereja ini adalah simbol Byzantium dan simbol Ortodoksi jutaan orang Kristen di seluruh dunia, terutama bagi para penganut Ortodoks," ujarnya.

Kalangan sayap-kanan Turki sejak lama telah mendiskusikan mengubah museum Hagia Sophia menjadi sebuah masjid. Awalnya, bangunan itu memang dibangun sebagai gereja oleh kekaisaran Byzantium.

Perdebatan sengit tentang mengembalikan Hagia Sophia di Istanbul ke status Ottoman sebagai tempat ibadah Muslim menyoroti perbedaan tajam antara Turki konservatif dan sekuler. Di samping itu, rencana itu juga mengancam meningkatnya ketegangan dengan negara tetangga, Yunani.

Pada 1934, bangunan itu diubah menjadi museum sebagai bagian dari upaya pemerintahan Republik Turki yang baru untuk mensekulerkan dan menjauhkan dari warisan Ottoman di negara itu. Bulan lalu, Turki mengadakan sholat di Hagia Sophia saat memperingati ulang tahun penaklukkan Ottoman di Istanbul, yang sebelumnya dikenal sebagai Konstantinopel.

Tindakan itu lantas menimbulkan kemarahan dari Yunani. Kemarahan diperparah lantaran Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memerintahkan studi awal bulan ini untuk mengubah museum tersebut menjadi masjid.

"Yunani bukan orang yang mengelola tanah ini, jadi harus menghindari pernyataan seperti itu. Mereka mengatakan, 'Jangan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid'. Apakah kamu memerintah Turki, atau kita memerintah Turki?" kata Erdogan pada Senin lalu.

Erdogan mengatakan, jika diubah menjadi masjid, Hagia Sophia akan tetap terbuka bagi para pengunjung. Ia membandingkannya dengan Masjid Biru Istanbul yang terkenal di sana.

Sementara itu, pengadilan Turki diperkirakan akan memutuskan masalah ini pada awal Juli. Namun demikian, UNESCO sebelumnya mengatakan perlu menyetujui perubahan status museum yang ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia.

Alih-alih mencerminkan niat nyata untuk mengubah Hagia Sophia menjadi masjid, para analis menilai komentar baru-baru ini oleh Erdogan dan pejabat Turki lainnya mungkin menandakan pemilihan umum mendatang. Para kritikus menuduh partai yang berkuasa tersebut menggunakan debat agama sebagai sarana meningkatkan dukungan di tengah krisis ekonomi.

Debat itu juga muncul di tengah meningkatnya ketegangan dengan Yunani. Selama beberapa bulan terakhir, negara-negara tetangga telah bersitegang atas masalah teritorial, termasuk terkait pengeboran gas di Mediterania dan di Siprus.

Sumber: https://english.alaraby.co.uk/english/news/2020/6/10/russian-orthodox-church-criticises-turkeys-hagia-sofia-mosque-plans

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement