Kamis 11 Jun 2020 12:08 WIB

Strategi Kementan Dorong Pengembangan Pangan Lokal

Pertanian Indonesia harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri

Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong pengembangan pangan lokal.
Foto: Kementan
Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong pengembangan pangan lokal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertanian menempati sektor terbesar dan strategis dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini. Penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebesar 29,04 persen terbesar dari sembilan sektor yang jadi pijakan tahap awal reopening ekonomi.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi menegaskan agar jangan sampai dampak pandemi ini mempengaruhi produksi dan distribusi pangan, yang pada akhirnya mempengaruhi pola konsumsi pangan. Pertanian Indonesia harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dengan membangun pertanian agar mencukupi kebutuhan kita.

Baca Juga

“Dalam kondisi saat ini kita harus pandai memanfaatkan sektor pertanian untuk bisa menjadi pemenang. Artinya, masyarakat yang membutuhkan pangan tidak boleh kekurangan pangan, distribusi harus terjamin dan konsumsi harus baik,” ujar Agung dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa (9/6).

Menurut Agung, salah satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah, mendorong diversifikasi pangan lokal dengan mengoptimalkan komoditas selain beras, seperti singkong, sagu, jagung dan lainnya.

Upaya ini menjadi salah satu strategi Kementan dalam menjaga ketersediaan pangan di tengah pandemi seperti yang disampaikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan.

“Kita juga melihat sebaran konsumsi pangan lokal yang eksisting saat ini, kita punya data provinsi yang biasa makan apa yang menjadi pangan lokalnya. Ini kita identifikasi dan dorong agar tiap provinsi mempunyai satu komoditas andalan selain beras,” ujar Agung.

Dia mencontohkan, misalnya provinsi Maluku dengan singkongnya dan Papua dengan sagunya. Kemudian program di tiap provinsi dilaksanakan dengan mendorong pengembangan produksi pangan lokal.

Di samping itu juga, dia mengatakan jika pemenuhan kebutuhan pangan didorong dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang mencapai 10,4 juta hektar di Indonesia.

“Jika 50 persen saja lahan pekarangan dari luasan tersebut kita manfaatkan dengan baik, tentu kebutuhan pangan keluarga sendiri bisa terpenuhi. Artinya kita memanfaatkan pekarangan dengan ditanami aneka tanaman sebagai sumber pangan keluarga,” tegasnya.

Program pekarangan pangan lestari atau yang dikenal dengan sebutan P2L, diakui Agung pada tahun 2020 ini akan ditingkatkan dan optimalkan dengan tujuan meningkatkan ketersediaan aksesibilitas dan pemanfaatan pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan penghematan pengeluaran serta menyerap tenaga kerja.

“Saat ini penting karena meningkatnya jumlah pengangguran dan yang paling gampang adalah di sektor pertanian,  program ini disiapkan sebagai upaya mewujudkan pangan mandiri untuk hidup sehat aktif dan produktif,” terangnya.

Artinya dengan masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan melalui bantuan benih, pupuk, kebun bibit dan sebagainya,  mereka bisa berproduksi dan menggerakkan ekonominya sendiri.

“Tahun ini kita ada 3.800 kelompok yang disiapkan, mudah-mudahan terus berlanjut, sehingga dapat menjadi tumpuan dalam penyediaan pangan di tingkat keluarga,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement