Kamis 11 Jun 2020 11:28 WIB

Islam di Portugal, Populasi Berkurang tapi Budaya Bertahan

Islam di Portugal menyisakan warisan budaya seperti bahasa.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Islam di Portugal menyisakan warisan budaya seperti bahasa. Ilustrasi festival budaya di Portugal.
Foto: dok. KBRI Madrid
Islam di Portugal menyisakan warisan budaya seperti bahasa. Ilustrasi festival budaya di Portugal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kehadiran Islam di Portugal beberap abad lalu masih menyisakan warisan intelektual dan budaya. Banyak hal yang menunjukan bahwa pengaruh Arab masih bisa ditemukan dalam bahasa Portugal. Misalnya saja ungkapan oxala yang pelafalannya oshalla. 

Ungkapan ini berasal dari kalimat insya Allah atau bila diucapkan terpisah menjadi Insya Allah. Tak mengejutkan memang, sebab selama berabad-abad wilayah yang kini menjadi negara Portugal sudah diperintah Muslim berbahasa Arab yang dikenal sebagai Bangsa Moor.  

Baca Juga

Abad kedelapan umat Islam dari Afrika Utara berlayar ke Eropa dan menguasai wilayah yang saat ini disebut Portugal dan Spanyol. Wilayah itu dikenal sebagai Andalusia. Andalusia pun berkembang dan makmur di bawah naungan Kekaisaran Umayyah. 

Meski saat ini, warisan sejarah tentang kemakmuran Andalusia di bawah pemerintahan Islam banyak dilupakan di negara yang saat ini mayoritas penduduknya beragama Katolik.   

Seperti yang terjadi di sekolah-sekolah di Portugal, sejarah panjang pemerintah Muslim sekitar lima abad hanya dipelajari sekilas saja. Kini kebanyakan buku-buku pelajaran justru menekankan pada sejarah 'penaklukan kembali' kemenangan oleh penguasa Kristen yang dibantu tentara salib dan berakhir abad ke-13.    

Identitas Portugis pun dibangun untuk bertentangan dengan bangsa Moor. Secara historis bangsa Moor digambarkan sebagai musuh. Meski tak semua orang setuju dengan versi sejarah ini.   

Menurut sejarawan Universitas Evora, Profesor Filomena Barros pada abad kesepuluh setengah populasi di semenanjung Iberia adalah Muslim. Bagi Barros kedatangan muslim dari Afrika Utara dan para tentara kerajaan Kristen daek Eropa Utara untuk menaklukan wilayah itu sama asingnya.   

"Sebagian besar penduduknya memeluk Islam. Semenanjung Iberia ditaklukan. Sangat menarik ketika tak membahas tentang penaklukan Romawi atau penaklukan Visigothic, tetapi kita berbicara tentang penaklukan Islam," kata Barros seperti dilansir Aljazeera pada (11/6).   

Barros menjelaskan sebelum Muslim tiba, wilayah itu diperintah Visigoth yaitu bangsa dari Jerman yang memerintah antara 418 dan 711. Barros menjelaskan dalam buku-buku sejarah banyak menekankan pembahasan tentang pertempuran penguasa Kristen melawan Muslim. 

Namun kekalahan tentara Muslim tak berarti mengakhiri keberadaan dan pengaruh Muslim di Portugal. "Penaklukan kembali oleh Kristen tak berarti membuat Muslim kembali ke tanah mereka, karena tanah ini juga milik mereka," katanya.   

Saat ini dari 11 juta populasi di negara itu, populasi Muslim hanya kurang dari 0,5 persen saja. Tapi perlu disadari bahwa populasi Muslim di wilayah itu pernah jauh lebih besar. "Apa yang diajarkan di sekolah selalu diajarkan dari sudut pandang pemenang," begitu ungkapan Noor Ayn Sacllr salah seorang yanggita komunitas Muslim di Lisbon, Portugal.   

Sacoor lahir di Portugal. Orang tuanya berasal dari India dan Arab. Dia menginginkan kurikulum di Portugal bisa lebih baik, yakni mencakup periode panjang keberadaan Muslim, Kristen dan Yahudi yang kemudian diyakini sebagai alasan mengapa daerah itu makmur sebagai pusat budaya dan ilmu pengetahuan. "Saya berharap lebih banyak fokus terhadap warisan yang ditinggalkan penguasa Muslim, karena itu tak begitu populer di Portugal," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement