Kamis 11 Jun 2020 09:38 WIB

Twitter Minta Pengguna Baca Artikel Sebelum Membagikannya

Twitter membuat beberapa perubahan dalam berbagi info untuk mencegah berita hoaks.

Rep: Noee Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Twitter
Foto: EPA
Twitter

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Sangat mudah untuk menyebarkan berita palsu dan informasi yang salah secara tidak sengaja. Ini karena kadang-kadang judul berita bisa menyesatkan atau orang tidak mau repot-repot membaca dan hanya mengklik berbagi.

Dari situ bisa saja orang-orang berbagi informasi yang salah. Untuk membantu mencegah penyebaran berita palsu dan jenis informasi yang salah, media sosial Twitter akan membuat beberapa perubahan dalam berbagi informasi.

Di aplikasi Twitter di Android, setiap kali pengguna mencuit ulang cuitan yang berisi tautan ke artikel, mereka akan diminta untuk membaca artikel terlebih dulu. Meskipun ini tidak akan menghentikan pengguna dari membagikan artikel yang belum baca, jeda sesaat yang diberikan diharapkan mendorong pengguna untuk menggunakan sedikit pemikiran kritis dan meneliti informasi sebelum menekan tombol retweet itu.

“Berbagi artikel dapat memicu percakapan, jadi Anda mungkin ingin membacanya sebelum melakukan tweet itu. Untuk membantu mempromosikan diskusi yang diinformasikan, kami sedang menguji permintaan baru di Android, (yakni) ketika Anda me-Retweet sebuah artikel yang belum Anda buka di Twitter, kami mungkin bertanya apakah Anda ingin membukanya terlebih dahulu,” kata Twitter Support menulis melalui tweet, seperti yang dilansir dari Ubergizmo, Kamis (11/6).

 Fitur ini masih harus dilihat lebih jauh terkait apakah ini membantu mengurangi berita palsu atau tidak. Namun untuk benar-benar terlibat, maka jenis permintaan dan saran ini harus dilakukan.

Sebelumnya, ini bukan satu-satunya upaya perusahaan menyarankan penggunanya berpikir sebelum mereka membuat tweet. Awal bulan lalu, Twitter memperkenalkan fitur yang mendorong pengguna untuk merevisi atau mengedit tweet mereka sebelum mengunggahnya, terutama jika itu berisi bahasa yang mungkin dianggap berbahaya.

Twitter juga tidak sendirian dalam upayanya untuk melawan berita palsu. Karena platform media sosial lainnya, seperti Facebook telah melakukan upaya yang sama dari mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement